I. Review Kebijakan
A. Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
Dalam
mendukung implementasi program (MP3EI) koridor Sumatera di Kabupaten Pelalawan,
kegiatan difokuskan pada pengolahan industri hilir kelapa sawit dan pariwisata
BONO. Hal ini sebagai upaya mewujudkan Kab. Pelalawan sebagai Teknopolitan
Koridor Sumatera, yaitu pembangunan yang berbasis Inovasi dan intervensi IPTEK,
yang mampu mengembangkan kreatifitas dalam meningkatkan Value Added sehingga memberikan nilai tambah dan berkualitas baik
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
B. Draft RTRW Kab. Pelalawan
1. Kawasan Lindung
a.Kawasan Hutan Lindung
a.Kawasan Hutan Lindung
- Kawasan yang ditetapkan di Kabupaten Pelalawan adalah kawasan yang secara fisik merupakan pulau-pulau pada alur perairan Sungai Kampar dan di perairan laut di Kuala Kampar, jadi bukanlah kawasan hutan lindung dengan berdasarkan kriteria kemiringan, jenis tanah, dan curah hujan. Bila dihubungkan dengan kriteria hutan lindung di depan, maka kawasan hutan lindung ini lebih sebagai perlindungan terhadap keberadaan pulau-pulau pada alur perairan Sungai Kampar dan laut tersebut. Di antara pulau-pulau tersebut yang diidentifikasikan namanya antara lain adalah: Pulau Muda, Pulau Ketam, Pulau Baru, Pulau Untut (di perairan Sungai Kampar), dan Pulau Lebung/Lebuh (di laut di Kecamatan Kuala Kampar).
b. Kawasan Pantai Berhutan Bakau (mangrove): 1.399,14 ha di Kec. Kuala Kampar.
c Kawasan Lindung Geologi
c Kawasan Lindung Geologi
- Kawasan Rawan Abrasi, abrasi pantai di kawasan sepanjang jalur tepian pantai di Kec. Kuala Kampar; dan di sepanjang jalur tepian sungai di Kec. Langgam, Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Pangkalan Kuras, Teluk Meranti, dan Kuala Kampar.
2. Kawasan Budidaya
Kawasan peruntukan perikanan terletak
di perairan umum daratan berupa sungai dan anak sungai, danau alam, rawa, danau
buatan, pesisir dan laut kewenangan Kabupaten.
II. Gambaran Umum
- Luas kabupaten Pelalawan adalah 13.256,7 Km2,
dengan luas lautan 5,01% dari luas total wilayah.
- Kab.
Pelalawan merupakan salah satu kabupaten pemekaran berdasarkan UU
No.53/1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu,
Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna,
Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota Batam (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor
151, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3902);
Letak geografis: 0°48’ 32” LU – 000 24’ 14” LS dan 101° 30’ 40” – 103°23’ 22” BT.
Dengan
batas-batas wilayah adalah:
· sebelah utara : Kabupaten Siak dan
Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau;
· sebelah timur : Kabupaten Karimun
Provinsi Kepulauan Riau;
· sebelah selatan :
Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Indragiri Hulu, dan Kabupaten Kuantan
Singingi Provinsi Riau;
· sebelah barat : Kabupaten Kampar
dan Kota Pekanbaru Provinsi Riau.
- Kabupaten Pelalawan memiliki beberapa pulau yang
relatif besar, diantaranya Pulau Mendul, Pulau Serapung, Pulau Lebuh, Pulau
Muda dan beberapa pulau kecil, seperti Pulau Ketam, Pulau Tugau dan Pulau Labu.
- Karakteristik pesisir sebagian besar berupa rawa
dengan pantai bertopografi landai dan berpasir.
- Struktur wilayah merupakan daratan rendah dan
bukit-bukit. Dataran rendah membentang kearah Timur dengan luas wilayah
mencapai 93% dari total keseluruhan. Secara fisik sebagian wilayah ini
merupakan daerah konservasi dengan karakteristik tanah pada bagian tertentu
bersifat asam dan merupakan tanah organik, air tanahnya payau, kelembaban dan
temperatur udara agak tinggi.
- Karakter fisik dasar wilayah Kabupaten Pelalawan
erat kainnya dengan keberadaan Sungai Kampar yang mengalir di bagian tengah
wilayah relatif dengan arah aliran dari barat ke timur. Dengan kata lain
wilayah Kabupaten Pelalawan ini terletak pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Kampar
(45%). Wilayah Kabupaten Pelalawan terletak di bagian hilir dari DAS Kampar
tersebut hingga ke muara dan juga mencakup pulau-pulau di mulut muara tersebut.
- Struktur Perekonomian: kontribusi terbesar
adalah industri pengolahan dan pertanian, sedangkan kontribusi sektor perikanan
0,92 % dari total PDRB.
III. Potensi Sumber Daya Perikanan
- Di Kabupaten Pelalawan terdapat dua jenis
ekosistem penting bagi perikanan, yakni hutan mangrove dan estuaria. Ekosistem
mangrove terdapat di Kecamatan Teluk Meranti dan Kecamatan Kuala Kampar. Ekosistem estuaria mempunyai
karakteristik yang unik, terutamaadanya dinamika perubahan salinitas serta
faktor-faktor terkait yang mempengaruhinya, termasuk dalam ekosistem estuaria
adalah muara sungai, teluk pesisir, rawa pasang surut dan perairan yang
terdapat di belakang tanggul pantai.
- Sektor perikanan yang dapat dikembangkan adalah
Tambak Udang, Kolam Keramba, dan penangkapan Ikan (laut dan sungai). Produksi
perikanan tahun 2006 terdiri dari perikanan laut 1.020,4 ton, perairan umum
1.737 ton, dan budidaya ikan tangkap 955 ton. Komoditas utama adalah ikan patin
dan udang galah.
IV. Gelombang Bono, Potensi Wisata Bahari Kab.
Pelalawan
- Potensi pariwisata bahari yang terdapat di
Kabupaten Pelalawan adalah terdapatnya fenomena gelombang Bono. Gelombang yang
terjadi biasanya akan berwarna putih dan coklat mengikut warna air dan kedalaman sungai/kuala Kampar. Gelombang
yang berwarna coklat itu adalah alur dan memiliki kedalaman air yang tinggi
sedangkan gelombang yang berwarna putih, itu menandakan bahwa di situ
perairannya dangkal. Gelombang ini dikategorikan dalam Tidal Bore, yaitu
fenomena hidrodinamika yang terkait dengan pergerakan sejumlah massa air dimana
gelombang pasang yang menuju kehulu dengan kekuatan yang merusak. Hal ini juga
bisa dapat dilihat dari tingkat abrasi tepian muara sungai Kampar yang setiap
tahun makin membesar. Menurut pakar Tidal
Bore Research Society (TBRS),
Bono yang terjadi di Kuala Kampar ini merupakan suatu fenomena alam yang
terjadi karena kondisi dimuara sungai terjadi pendangkalan berat, sehingga
apabila terjadi pasang, gelombang laut tidak lancar untuk bergerak kehulu,
karena dihalangi oleh endapan dan bentuk muara sungai yang menguncup. Bono di
Indonesia memiliki tinggi max antara 4-5 meter, dan 40% gelombangnya merupakan
endapan seperti lumpur dan pasir dasar Sungai Kuala Kampar tersebut. Gelombang tidak terjadi di garis pantai
atau pulau, namun di sebuah sungai rimba terpencil yang dibuat berlipat oleh
sebuah kekuatan gelombang (tidal bore) luar biasa.
- Lokasi gelombang Bono Sungai Kampar dapat dijumpai
di Sungai Kampar, Kecamatan Teluk Meranti berjarak sekitar 135 kilometer dari
Kota Pekanbaru. Ada beberapa titik yang biasa digunakan masyarakat sekitar
untuk melihat Bono salah satunya adalah Tanjung Sebayang atau Tanjung
Bayang-Bayang.
- Gelombang ini terjadi 4 - 6 hari setiap bulan dengan
puncak ketinggian dan kecepatan gelombang pada periode bulan November-Februari.
Tidak tanggung-tanggung, Rentangan gelombang tersebut hampir selebar sungai
Kampar. Gelombang ini terjadi akibat benturan tiga arus air yang berasal dari
Selat Melaka, Laut Cina Selatan dan Aliran air Sungai Kampar yang berbenturan
di muara Sungai Kampar dengan menimbulkan gelombang besar yang menggulung dan
menghempas jauh kedalam sungai sehingga dapat menggulung dan menenggelamkan
kapal kecil, speed boat serta kapal besar. Namun demikian ombak di sungai adalah sangat baik untuk surfing karena bisa bertahan hingga dua jam. Bono
akan datang berselisih satu jam lebih lambat daripada hari sebelumnya. Sebagai
contoh, bila hari ini datang pukul 11.00, besok datang pukul 12.00. Kedatangan
gelombang yang termasuk fenomena alam ini ditandai suara gemuruh di kejauhan.
- Keunikan lainnya dari Bono adalah saat air laut
bertemu dengan aliran sungai, dan akan terjadi gelombang tinggi yang disertai
dentuman keras seperti suara guntur, diiringi hembusan angin yang kencang.
Gelombang ini bisa mencapai tinggi empat hingga enam meter dengan kecepatan 40
kilometer per jam.
- Dikarenakan tidak semua muara sungai atau teluk
dapat melahirkan Gelombang Bono, maka fenomena Bono di Kecamatan Teluk Meranti
Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau menjadi pesona alam yang dianggap unik dan
menarik. Berdasarkan laporan Tidal Bore Research Society beberapa Tidal Bore
yang pernah terjadi di negara lain yaitu di Batang Lumpar (Malaysia), Sungai
Siene (Francis), Sungai Shubenacadie dan Sungai Stewackie (Canada), Sungai Yang
Tse-Kiang dan Sungai Hangzhou (Hangchow) di China, Bore di Sungai Amazon
(pororoca) di Brazil, tidal bore di Sungai Seine (mascaret) di Perancis, dan
Tidal Bore Hoogly di Sungai Gangga. Bore tertinggi dari seratus kejadian yang terpantau
dari 60 tempat di seluruh dunia terjadi di Buy of Fundy Canada.
V.
Akses
Menuju Muara Sungai Kampar
- Tempat terjadinya gelombang Bono adalah
sepanjang muara sungai Kampar yang masuk dalam wilayah Kecamatan Teluk Meranti.
Untuk mencapai tersebut memang tidak mudah. Ada 2 rute yang dapat ditempuh,
yaitu;
1. Rute
jalan darat dikombinasikan dengan rute sungai dengan menggunakan speed boat. Rute
tersebut adalah: Pekanbaru à Pangkalan Kerinci à Bunut à
Teluk Meranti atau bisa juga dengan speed boat dari Pangkalan Kerinci sampai
Teluk Meranti). Total waktu yang dibutuhkan untuk menempuh 191 km ini adalah
4,5 jam.
2. Rute
speed boat , adalah; Batam à Tanjung Batu àTeluk
Meranti (membutuhkan waktu 3 jam).
-
Waktu
tempuh dari Batam menuju Teluk Meranti memang lebih cepat, namun persinggahannya berada di Batam yang
berada di luar Prov. Riau serta tentunya ongkosnya jauh lebih mahal
dibandingkan dengan ongkos melalui jalan darat.
- Rute jalan darat sendiri tidak begitu nyaman
karena sebagian ruas jalan tersebut masih berupa tanah.
VI. Alternatif Pengembangan Wisata Bono
- Keunikan dari fenomena gelombang ‘bono’ sudah merupakan
point positif tersendiri, belum lagi tentang keindahan alam sekitar yang berupa
perkebunan atau hotan tropis yang alami. Gelombang bono ini selain memiliki
daya rusak yang tinggi tetapi dapat juga dimanfaatkan untuk berselancar
(surfing) bagi yang piawai menaklukannya. Surfing di gelombang bono dapat
dilakukan sampai 60 menit, padahal surfing di laut hanya dapat dilakukan dalam
hitungan menit saja. Namun, itu saja
tidak cukup untuk dijadikan andalan wisata daerah setempat. Ketersediaan akses
menuju tempat wisata, kenyamanan, dan keamanan turis juga perlu dipikirkan
lebih jauh.
- Pembangunan infrastruktur menunjang pengembangan
wisata gelombang bono, seperti
pembangunan jalan raya/ perhubungan, hubungan telekomunikasi, air
bersih, dan penginapan yang mumpuni adalah hal yang perlu untuk didahulukan
pembangunannya. Kemudian baru dipikirkan skala ekonomi dari bisnis pariwisata ini. Misalnya saja; bahwa
kejadian gelombang bono hanya
berlangsung maksimal 6 hari dalam sebulan, sehingga kalau ada hotel atau
penginapan yang hanya menampung turis-turis selancar perlu memikirkan sisa 24
hari yang pasti okupasi kamar hotelnya akan menurun drastis bahkan kosong.
Untuk mengatasi kekosongan kamar sehingga skala ekonomi hotelnya bisa
terpenuhi, maka perlu dibuat paket-paket wisata yang mencakup wisata- wisata
lainnya seperti kunjungan ke hutan lindung, konservasi gajah, dan lainnya.
Teluk Meranti tempat terjadi gelombang bono
berada di wilayah ‘remote’, dalam kondisi seperti itu tidak mungkin kalau
fenomena gelombang bono ini dijadikan sebagai ‘mass turism’ tetapi akan lebih
baik apabila ditujukan kepada wisata 'minat khusus'.
![]() |
Kab. Pelalawan di Prov. Riau |
![]() |
Dari Pekanbaru ke Teluk Meranti dapat Ditempuh 4,5 jam |
![]() |
Dari Batam ke Teluk Meranti hanya 3 jam dengan Speed Boat |
![]() |
Ombak di Sungai Kampar di Tengah Hutan |
![]() |
Surfing di Tengah Hutan |
![]() |
Surfing di Gelombang Sungai (Bono) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar