Data dan
informasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (WPP) yang akurat adalah
prasyarat untuk dapat mengelola (perencanaan, pemanfaatan, dan monitoring)
wilayah tersebut secara optimal dan berkelanjutan yang akan bermuara terhadap
peningkatan kualitas hidup masyarakatnya.
Peta
merupakan bagian dari data dan informasi adalah gambaran permukaan bumi dengan
skala tertentu, digambarkan pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu
(Aryono Prihandito, 1988). Arti
pentingnya peta dalam pengelolaan WPP adalah terutama untuk penyusunan empat
hirarkis perencanaan WPP, yaitu; Rencana Strategis, Rencana Zonasi, Rencana
Pengelolaan, dan Rencana Aksi. Selain juga untuk kepentingan keputusan
pemanfaatan WPP. Peta-peta dimaksud yang diperlukan untuk perencanaan dan
pemanfaatan WPP adalah; peta dasar dan peta tematik.
Rencana
Zonasi WPP yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah membagi WPP ke dalam empat
kawasan, yaitu;
1. Kawasan Pemanfaatan Umum,
2. Kawasan Konservasi,
3. Alur laut, dan
4. Kawasan Strategis Nasional Tertentu
(KSNT).
Kawasan
pemanfaatan umum adalah bagian dari WPP yang ditetapkan peruntukkannya bagi
berbagai sektor, seperti; perikanan tangkap, perikanan budidaya, wisata bahari,
pemukiman, pertanian, dan lainnya. Dan, Kawasan Konservasi adalah bagian WPP
dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan WPP
secara berkelanjutan.
Kondisi
ekosistem terumbu karang di suatu perairan akan mempengaruhi terhadap batas
kawasan pemanfaatan umum dan kawasan konservasi. Kondisi ekosistem terumbu
karang yang baik dapat masuk kawasan pemanfaatan umum, yaitu diantaranya
sebagai fishing ground atau untuk wisata bahari dan juga bisa masuk kawasan
konservasi apabila ada biota tertentu yang harus dilindungi. Tetapi kalau
ekosistem terumbu karangnya dalam keadaan buruk apalagi sangat buruk, itu
seyogyanya perairan sekitar ekosistem terumbu karang tersebut, ditetapkan saja
sebagai kawasan konservasi. Penilaian kembali terhadap perairan tersebut bisa
masuk ke dalam kawasan pemanfaatan umum, dilihat dari sejauh mana perairan
tersebut dapat melakukan recovery ekosistem terumbu karangnya.
Dari
situlah, peta tematik ekosistem terumbu karang di suatu wilayah perairan yang
berfungsi sebagai media informasi bereferensi geografis sangat diperlukan
walaupun dalam implementasi pemetaannya tidak semudah yang dikira (lihat
foto-foto di bawah ini). Namun begitu, kita beruntung ada DR.Ir. Guntur,M.S. ,
Dita Prasetyo, dan Wawan, yang telah merumuskan semua hal tersebut dalam
bukunya ‘Pemetaan Terumbu Karang. Teori, Metode, dan Praktik’, setebal 140
halaman dan diterbitkan oleh Ghalia Indonesia, 2012.
Buku ini
sangat informatif, aplikatif, runut, rinci per proses, dan mudah dipahami oleh
awam yang tidak memiliki pengetahuan dasar tentang perpetaan sekalipun -seperti
saya- . Hanya ada hal-hal sangat kecil yang perlu sedikit koreksi, seperti pada
halaman 18, dimana tentang ‘metode lyzenga’ seolah tiba-tiba muncul tanpa
diberikan pengenalan terlebih dahulu. Kemudian pada halaman 24-25, pada kalimat
‘terdapat dua metode koreksi geometrik dari citra ke citra’, agar lebih mudah
dipahami, sebaiknya ditulis ‘terdapat dua metode koreksi geometrik, yaitu
‘koreksi geometrik dari citra ke peta dan koreksi geometrik dari citra ke
citra’. Dan satu hal lagi yang perlu disempurnakan adalah tentang penggunaan
software aplikasi yang belum update dengan aplikasi terbaru yang memiliki
feature lebih lengkap.
Sekali lagi,
perlu diberikan apresiasi yang sangat tinggi ke penulis dan penerbit buku ini.
Buku ini berbeda dari ratusan buku pesisir yang sudah ada yang lebih
menonjolkan tentang ‘wacana’, buku ini betul-betul dapat menjadi pegangan
penting bagi siapapun yang peduli dengan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Buku yang Informatif |
Pesisir Prov. Sumatera Barat |
Pesisir Prov. Sumatera Barat |
Assalamualaikum pak, apakah bapa menjual buku ini,,, ? misalkan iya, saya berminat untuk membeli buku ini..
BalasHapusWaalaikumsalam
HapusSaya juga dulu mendapatkannya di Gramedia. Mungkin masih ada stock disana