Sunset adalah pemandangan ketika matahari tenggelam yang
memberikan kesan dramatis dengan warna keemasan yang ditimbulkannya sehingga
dapat membawa ruang romantis ke dalam perasaan kita. Kali ini kami pilih lokasi
kawasan pantai tebing berkapur di Uluwatu Bali untuk menyaksikan sunset
tersebut. Kawasan Uluwatu sendiri sudah sangat dikenal di dalam maupun di luar
negeri. Dimana beberapa pasangan artist telah memilih tempat ini untuk pesta
pernikahannya dan itu akan berdampak
‘sebab akibat’, artinya sang artist memilih Uluwatu untuk pesta
pernikahannya sebab Uluwatu sudah dikenal elit atau juga bisa sebaliknya karena
ada pasangan artist terkenal berpesta pernikahannya di Uluwatu, sehingga
Uluwatu menjadi makin terkenal.
Uluwatu 5 – 10 tahun yang lalu adalah daerah tandus yang
tidak diminati oleh investor apalagi turis. Namun, sejak adanya hotel
internasional beroperasi disini dimana kawasan pantai bertebing curam dan
berbatu kapur ini dapat disulap menjadi bak nirwana, kini Uluwatu adalah
permata yang telah terasah. Kini Uluwatu adalah kawasan wisata yang menyasar
wisatawan berkantong tebal, bukan untuk sembarang orang.
Untuk menyaksikan sunset beserta menikmati suasanya, kami
memilih di Rockbar yang berada di salah satu hotel mewah yang terkenal yang ada
disana, yaitu Hotel Ayana. Kami masuk pintu gerbang utama dengan penjagaan yang
ketat namun ramah dan saya baru tahu bahwa untuk sampai ke lobi hotel, kami
harus menyusur jalan sepanjang 2 km. Untuk ukuran Indonesia tentu jauh sekali 2
km itu dan langsung terpikir oleh kami, betapa luasnya kawasan hotel ini. Dari
lobi kami berjalan diantara taman dan bangunan fungsional hotel yang ditata
secara apik dan menarik, sedang di ujung mata memandang terhampar laut biru
yang maha luas. Sebenarnya di kawasan hotel Ayana ini, ada beberapa tempat yang
bagus untuk menyaksikan sunset. Ada di lokasi restoran yang sejajar dengan
lobi, tapi yang menarik adalah di lokasi Rockbar yang berada di tengah tengah
tebing pantai yang kecuramannya 90 derajat. Kami untuk menuju Rockbar harus
naik lift yang berbentuk seperi gerobag bakso yang berkapasitas 6 orang sekali
angkut. Lift ini berjalan miring sampai 40 meter ke bawah. Rockbar ini walaupun
kami sudah turun, namun posisinya masih sekitar 20 meter di atas dasar pantai. Jadi
tempat ini menggantung di tengah tebing curam. Sangat ideal untuk bisa
menyaksikan sunset secara sempurna.
Sesampainya di tempat, kami di ajak ke meja yang sudah kami
pesan sebelumnya. Meja-meja tersebut dia atur sehingga posisinya tetap
strategis semua. Kemudian, kami pesan pisang goreng dengan ice lemon tea. Harga
pisang goreng disini Rp 60 rb/porsi, sebanding-lah dengan investasi untuk
membangun Rockbar ini. Kalau bule-bule tentu yang dipilih, kalau bukan bir, ya
wine.
Sesaat sunset tiba, suasana tiba-tiba hening, tidak ada yang
berkata-kata, warna langitpun berubah keemasan, kami takjub dengan keindahan
yang dianugerahkan yang Maha Kuasa. Begitu damainya, begitu indahnya, begitu
romantisnya suasana yang tercipta. Sangat luar biasa.
Setelah beberapa menit hening dan sunset mulai berganti
kegelapan, kemudian sayup-sayup suara musik-pun mulai mengalun kembali dan
kami-kami para pengunjung mulai ramai saling mengobrol dan menyantap hidangan
yang telah tersedia.
Kapan-kapan saya akan mengulang untuk datang kembali ke
tempat ini; janjiku dalam hati.
Menunggu antrian lift untuk turun ke Rockbar |