https://www.scribd.com/doc/299989612/Rencana-Aksi-Nasional-Konservasi-PARI-MANTA
- Pengantar
Pari Mobula sangat
mirip dengan Pari Manta (look a like
spesies), hanya pada bagian bagian tertentu yang agak sedikit berbeda.
Perbedaan yang sangat terlihat adalah dari warna insangnya (lihat: http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/publikasi/pedum/finish/4-pedum/607-pedoman-pengenalan-pari-manta).
Perilaku lain yang khas dari ikan pari mobula adalah kebiasaan meloncat sampai
ke permukaan air.
Pari mobula di
beberapa tempat baik di Indonesia maupun di dunia sudah merupakan daya tarik
wisata selam seperti halnya ikan pari manta. Tempat wisata selam di Indonesia
yang mengandalkan atraksi dari pari mobula adalah di perairan Nusa Penida Bali,
perairan Komodo, Teluk Cendrawasih, dan lainnya. Sedangkan di negara lain yang
telah memanfaatkan pari mobula sebagai asset wisatanya adalah: Maldive,
Srilanka, Fiji, Australia, dan Filipina. Namun demikian, ikan pari mobula ini
populasi di perairan alamnya sudah menurun tajam dari tahun tahun sebelumnya,
sehingga menimbulkan kekhawatiran akan kepunahannya. Kekhawatiran tersebut
ditanggapi oleh beberapa negara seperti: Maldive, Srilanka, dan Fiji, dengan
mengusulkan ikan pari mobula ini pada CoP CITES ke 17 di Afrika Selatan untuk
masuk ke dalam daftar apendik ll CITES (uplisting).
- Biologi dan Morfologi Jenis Ikan Pari Mobula
Taksonomi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Chondrichthyes
Ordo : Rajiformes
Famili : Mobulidae
Genus : Mobula
Spesies: Mobula eregoodootenkee, Mobula hypostoma, Mobula
japanica, Mobula kuhlii, Mobula mobular, Mobula munkiana, Mobula rochebrunei, Mobula
tarapacana, Mobula thurstoni
Nama
umum :
§ Bahasa
Inggris :
- Bentfin Devil Ray, Smoothtail Devil Ray,
Smoothtail Mobula, Thurton’s Devil Ray, Lesser Devil Ray
§ Perancis : Mante Vampire
§ Spanyol :
- Chupasangre, Chupa Sangre, Diablo
Chupasangre, Diablo Manta, Manta Diablo, Manta Raya, Muciélago
Jenis
ikan yang masuk dalam genus Mobula terdiri dari sembilan spesies sebagaimana
disebutkan di atas dengan lebar sayap antara 1 – 3,7 meter. Sebuah tinjauan
terhadap taksonomi jenis ikan genus Mobula telah dilakukan oleh Notarbartolo di
Sciara (1987)[1]
dan studi terkini terhadap analisis genetik jenis ikan genus Mobula telah
dilakukan oleh Poortvliet et al. (2015)[2].
Diantara
sembilan spesies Mobula, ada dua spesies yang memiliki ukuran tubuh besar,
jenis ikan pelagis dengan sumber makanan fitoplankton
dan zooplankton, yaitu Mobula japanica dan Mobula tarapacana. Jenis ikan Mobula
japanica terutama memakan krustasea kecil yang sejenis udang, sedangkan jenis
ikan Mobula tarapacana memakan jenis
ikan kecil yang membentuk kumpulan.[3]
[4]
Menurut
Notarbartolo di Sciara (1987), Mobula japanica
tumbuh dengan lebar rentang sayap maksimum 3,1 meter. Selanjutnya, Mobula japanica mencapai usia dewasa dengan
lebar sayap berukuran 2,01 meter untuk spesies jantan dan >2,07 meter untuk
spesies betina.[5] Mobula tarapacana tumbuh dengan lebar
rentang sayap maksimum 3,7 meter. Selanjutnya, Mobula tarapacana mencapai usia dewasa dengan lebar rentang sayap
berukuran antara 2,34-2,52 meter untuk spesies jantan, sedangkan untuk spesies
betina belum diketahui ukuran tubuh saat mencapai usia dewasa tapi diprediksi
ukuran rentang sayap lebih dari 2,7 meter.[6]
[7]
Semua
jenis ikan genus Mobula adalah jenis ikan ovipar
yang bertelur dengan sedikit atau tanpa perkembangan embrio lain dalam indukan.[8]
Menurut Dulvy et al. (2014), jenis ikan genus Mobula merupakan jenis ikan
dengan tingkat fekunditas paling rendah diantara semua jenis ikan Elasmobranchs.[9]
Selanjutnya, jenis ikan genus Mobula menghasilkan keturunan dalam kurun waktu 1
tahun dan tidak akan menghasilkan keturunan untuk periode waktu dua tahun atau lebih. Sebagai contoh, ukuran tubuh/lebar
rentang sayap jenis ikan Mobula japanica
waktu dilahirkan berkisar 0,9 meter dan lebih dari 1,05 meter untuk jenis ikan Mobula tarapacana. Semua jenis ikan
genus Mobula diduga memiliki usia hidup
lebih lama dengan pertumbuhan lambat, serta memiliki ukuran tubuh yang relatif
besar dan tingkat reproduksi yang rendah. Adapun estimasi umur jenis ikan genus
Mobula antara 15–20 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis ikan Mobula
dengan ukuran butuh yang lebih besar mempunyai tingkat produktifitas yang
rendah dikarenakan rata-rata pertumbuhan sistem saraf yang rendah, reproduksi
tahunan yang rendah dan jumlah populasi yang rendah.[10]
Jenis
ikan Mobula japanica menghabiskan
waktu hidupnya pada kedalaman perairan kurang dari 50 meter. Laporan hasil
penelitian menunjukkan bahwa nelayan sering menangkap Mobula japanica dengan jaring insang dalam 1 kali kegiatan penangkapan
dimana hal ini didukung dengan hasil pengamatan bawah air bahwa jenis ikan ini
selalu beraktifitas dalam bentuk grup.
Jenis
ikan Mobula merupakan jenis ikan yang beruaya jarak jauh dengan perilaku yang
dikombinasikan dengan agregasi yang dapat diprediksi di daerah yang dapat dengan
mudah diakses menyebabkan jenis ikan ini terancam sebagai target tangkapan
maupun sebagai tangkapan sampingan (bycatch). Selanjutnya, migrasi jenis ikan genus Mobula
ke perairan lepas pantai dimana kegiatan perikanan tangkap tidak ditata dengan baik dan ketat, akan menyebabkan
jenis ikan ini dalam resiko terancam kelestariannya meskipun habitat perairan
pesisir dilindungi.[11]
Seluruh
jenis ikan genus Mobula dapat dibedakan dari bentuk tubuhnya yang besar
menyerupai bentuk berlian. Secara khusus, Mobula
japanica memiliki tulang belakang untuk alat pertahanan yang terletak di
pangkal ekor. Mobula mobular juga memiliki tulang belakang dan insang, sangat
sulit untuk membedakan dengan spesies Mobula
japanica.
- Distribusi Jenis Ikan Mobula spp.
Beberapa
spesies jenis ikan Mobula, Mobula
japanica dan Mobula tarapacana, terdistribusi
hampir di seluruh wilayah perairan laut di dunia, baik di daerah tropis maupun
sub-tropis.[12] Selain
itu, distribusi kedua jenis ikan ini diduga distribusinya secara terfragmentasi
dikarenakan kebutuhan akan habitat dan sumber makanan.
Di
Indonesia, jenis ikan ini ditemukan ditangkap dan didaratkan pada beberapa
lokasi yang merupakan daerah pendaratan utama, yaitu Tanjung Luar, Nusa
Tenggara Barat; Lamakera, Nusa Tenggara Timur; dan Cilacap, Jawa Tengah
(Gambar1).[13]
Selanjutnya, jenis ikan genus Mobula ditemukan pada wilayah perairan pesisir
yang produktif dengan adanya proses up-welling
yang reguler, kelompok pulau-pulau kecil, di sekitar gunung bawah laut dan perairan
lepas pantai. Selain itu, beberapa spesies yaitu Mobula japanica dan Mobula tarapacana
secara umum ditemukan sepanjang tahun di Samudera Hindia (Sri Lanka).
Gambar 1. Lokasi Pendaratan Jenis Ikan
Mobulidae di Indonesia13
- Perdagangan Jenis Ikan Mobula spp.
Secara
umum, sumber spesimen perdagangan jenis ikan genus Mobula termasuk produk
turunannya diperoleh dari hasil tangkapan di alam. Data pemanfaatan secara umum
tidak dapat dikuantifikasi seara pasti dikarenakan terbatasnya informasi atau
data tentang kode komoditi perikanan, hasil tangkapan, jumlah spesies yang
didaratkan dan data perdagangan.[14]
Laporan hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak pelaku perikanan (nelayan)
yang secara tidak sengaja menangkap jenis ikan ini (bycatch) beralih menjadikannya sebagai jenis ikan target tangkapan
utama terutama yang diduga dilakukan untuk memasok kebutuhan produk insang ke
pasar Asia.[15]
Daging
jenis ikan genus Mobula dimanfaatkan secara tradisional di beberapa negara,
termasuk India, Indonesia dan Sri Lanka. Namun demikian, insang kering mobula merupakan
bagian penting dari jenis ikan ini yang dijual dengan nilai yang tinggi
($40-$150/kg).[16]
Hasil penelitian terahir menunjukkan bahwa tanpa perdagangan insang pari,
pendapatan dari perikanan tangkap Mobula spp. tidak dapat menutupi biaya
yang sudah dikeluarkan oleh nalayan untuk melakukan kegiatan penangkapan jenis
ikan ini (misalnya: biaya bahan bakar).
Perdagangan
internasional untuk jenis ikan genus Mobula
spp. sementara ini tidak diregulasi dengan pengecualian untuk kegiatan ekspor dari
negara-negara yang telah melakukan upaya pengaturan untuk perlindungan jenis
ikan ini maupun negara-negara yang sudah membuat larangan ekspor dari produk
turunannya.[17]
Dampak
dari kegiatan perikanan tangkap yang tidak berkelanjutan untuk jenis ikan Mobula spp. didorong oleh perdagangan
insang yang bernilai tinggi di pasar internasional. Perdagangan insang ini
merupakan penyebab utama penurunan jumlah populasi dan memberikan ancaman
terbesar untuk kelesatarian jenis ikan Mobula
spp. Upaya atau tindakan dan skema pengaturan untuk mengontrol perikanan
berkelanjutan dari jenis ikan ini belum memberikan dampak yang signifikan di
beberapa negara yang merupakan produsen utama dan importir utama (Sri Lanka,
India, Peru, Indonesia dan China). Secara khusus, upaya Indonesia untuk
melakukan upaya konservasi ikan pari mobula telah dilakukan, salah satunya
adalah dengan mengeluarkan Rencana Aksi Nasional Konservasi dan Pengelolaan Hiu
dan Pari.
- Status Konservasi Mobula spp. Secara Nasional
Pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan Rencana Aksi Nasional Konservasi dan Pengelolaan
Hiu dan Pari 2016-2020 dengan tujuan sebagai acuan bagi para pihak terkait
dalam mengembangkan dan melaksanakan program konservasi dan pengelolaan hiu dan
pari termasuk ikan pari mobula. Selain itu, dapat dijadikan sebagai dokumen
resmi yang merupakan pegangan bagi Pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan
konvensi regional/internasional yang terkait dengan hiu dan pari. Dimana
Indonesia dapat menunjukkan bentuk
komitmennya terhadap perlindungan daan pelestarian jenis jenis ikan yang
terancam punah. Namun demikian, sampai saat ini belum ada aturan yang secara
khusus mengatur perlindungan dan pelestarian jenis ikan Mobula spp ini.
- Status Mobula spp. di IUCN Red List
Saat
ini, IUCN Red List membagi jenis ikan
Mobula spp. dalam beberapa kategori,
sebagai berikut:
Gambar 4. Status Konservasi Species IUCN Red List
- Status Mobula spp. di CITES
Mobula spp. saat ini telah
diusulkan untuk dimasukan dalam daftar lampiran atau appendix II CITES dan akan dibahas pada Conference of the Parties ke-17 di Johannesburg, Afrika Selatan.
Adapun negara pengusul (proponent),
sebagai berikut: Bahamas, Bangladesh, Benin, Brazil, Burkina Faso, Comoros,
Costa Rica, Ecuador, Egypt, European Union, Fiji, Ghana, Guinea, Guinea-Bissau,
Maldives, Mauritania, Palau, Panama, Samoa, Senegal, Seychelles, Sri Lanka dan United
States of America.
Adapun
pertimbangan negara-negara pengusul untuk memasukkan jenis ikan ini dalam
apendiks II CITES karena jenis ini Mobula
spp. merupakan jenis ikan target tangkapan dan tangkapan sampingan yang bagian
tubuhnya (insang) diperdagangkan secara internasional (memiliki nilai ekonomi
yang tinggi) tanpa regulasi yang tepat dan tanpa memberikan jaminan kelestarian
terhadap kelangsungan hidup di habitat alamnya.
Pengusulan
ini merupakan upaya untuk meningkatkan populasi jenis ikan Mobula spp. dikarenakan jenis ikan ini diduga tidak dapat
bertoleransi terhadap level penangkapan yang tinggi. Selain itu, dengan adanya
pengaturan perdagangan internasional, diharapkan dapat menjamin kelestarian
jenis ikan ini dan menjamin aspek ketulusuran, keberlanjutan dan legalitas
perdagangan internasional spesimen tumbuhan dan satwa liar termasuk ikan pari
mobula.
- Posisi Indonesia Terkait Uplisting Mobula spp. ke Apendiks II CITES
Mobula spp. memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi karena produk
insangnya telah diperdagangkan secara internasional dan Indonesia merupakan
salah satu produsen di dunia.[18]
Namun demikian; (1) Pemerintah Indonesia telah dan sedang berupaya keras untuk
pengurangan bycatch hiu daan pari
termasuk ikan pari mobula, (2) pengalaman dari listing pari manta, di lapangan, sangat sulit membedakan antara
pari yang masuk ke dalam daftar apendiks CITES dengan yang tidak masuk dalam
daftar apendiks, bahkan sampai perlu uji DNA untuk membedakan hal tersebut, dan
(3) untuk pelaksanaan pengelolaan dan konservasi hiu dan pari, Indonesia telah
menerbitkan Rencana Aksi Nasional Hiu
dan Pari, sehingga Indonesia memandang bahwa kalau ada permasalahan yang
terkait pengelolaan termasuk konservasinya dari pari mobula akan lebih tepat
menggunakan instrument nasional. Ada beberapa pertimbangan lain bagi Indonesia dalam menentukan sikap pada CoP CITES ke 17 terkait uplisting ikan pari mobula, yaitu: (1) data pendukung (scientific evidence) termasuk data landing masih sangat terbatas bahkan tidak ada datanya, (2) permasalahan ikan pari mobula lebih kepada baycatch dari pada perdagangan internasional-nya, dan (3) Indonesia focus pada pengelolaan konservasi termasuk melalui RFMO dimana di dalamnya Indonesia yang sudah melakukan catch and release scheme untuk jenis hiu alopias atau hiu tikus atau thresher shark sejak tahun 2012 dan ini merupakan suatu pembelajaran yang dapat diterapkan untuk konservasi dan pengelolaan ikan pari mobula. Beberapa hal
tersebut yang akan menjadi pertimbangan pihak Indonesia untuk tidak mendukung
proposal negara negara pengusul
yang akan memasukkan / uplisting ikan pari mobula masuk ke dalam daftar apendiks ll CITES.
Tidak memberikan dukungan masuknya ikan pari mobula ke dalam daftar apendiks
CITES ini diungkapkan dalam pertemuan membahas uplisting beberapa jenis ikan ke
dalam daftar apendiks CITES yang diselenggarakan oleh SEAFDEC pada awal Juli
2016 di Bangkok. Struktur negara anggota SEAFDEC dalam uplisting ke apendiks ll CITES seperti yang terungkap dari dokumen common position on CEAS listing to appendix CITES, adalah sebagai berikut: negara yang
tidak mendukung uplisting adalah Indonesia, Jepang, Laos, Kamboja, Malaysia, Myanmar,
dan Thailand. Negara yang mendukung uplisting ikan pari mobula adalah Filipina.
Sedangkan negara yang belum menentukan sikap adalah Vietnam. Sebagai catatan: negara Singapura dan Brunei tidak menghadiri pertemuan tersebut dan akan dikomunikasikan oleh SEAFDEC terkait posisi ke dua negara tersebut terhadap proposal uplisting ikan pari mobula.
- Apa yang harus dilakukan Indonesia Terkait Mobula spp.?
Indonesia,
mau tidak mau harus segera: (1) memikirkan adanya peraturan untuk konservasi
dan pengelolaan ikan pari mobula, karena kemungkinan besar (dengan melihat
jumlah dan status negara negara pengusul) ikan pari mobula akan masuk ke dalam
daftar apendiks ll CITES, dan (2) mengimplementasikan Rencana Aksi Nasional
Konservasi dan Pengelolaan Hiu dan Pari 2016-2020 yang telah disusun.
[1] Notarbartolo di Sciara, G. (1987). A
revisionary study of the genus Mobula Rafinesque 1810 (Chondrichthyes,
Mobulidae) with the description of a new species. Zoological Journal of the Linnean Society, 91, 1–91.
[2] Poortvliet, M., Olsen, J., Croll, D.
A., Bernardi, G., Newton, K., Kollias, S., O'Sullivan, J., Fernando, D.,
Stevens, G., Galván Magaña, F., Seret, B., Wintner, S. & Hoarau, G. (2015).
A dated molecular phylogeny of manta and devil rays (Mobulidae) based on
mitogenome and nuclear sequences. Molecular
Phylogenetics and Evolution, 83, 72-85.
[3] Fernando, D. and Stevens, G. (2011). A study of Sri Lanka’s manta and mobula ray
fishery. The Manta Trust, 29 pp.
[4] Thorrold, S.R., Afonso P., Fontes, J.,
Braun, C.D., Santos, R.S., Skomal, G.B., Berumen, M.L. (2014). Extreme diving
behavior in devil rays links surface water and the deep ocean. Nature
Communications 5(474): doi:10.1038/ncomms5274
[5] Notarbartolo di Sciara, G. (1987). A
revisionary study of the genus Mobula Rafinesque 1810 (Chondrichthyes,
Mobulidae) with the description of a new species. Zoological Journal of the Linnean Society, 91, 1–91.
[6] Compagno, L.J.V. and Last, P. (1999).
Mobulidae. In: Capenter, K.E. and Niem, V.H. (eds), FAO species identification guide for fishery purposes: The living
marine resources of the western Central Pacific (Volume 3. Batoid Fishes,
Chimeras and Bony Fishes.
[7] White, W. T., Giles, J., Dharmadi, and
Potter, I. C. (2006). Data on the bycatch fishery and reproductive biology of
mobulid rays (Myliobatiformes) in Indonesia. Fisheries Research, 82, 65-73.
[8] Dulvy, N.K., and J.D. Reynolds.
(1997). Evolutionary transitions among egg-laying, live-bearing and maternal
inputs in sharks and rays. Proc. R. Soc.
Lond. B, 264, 1309-1315.
[9] Dulvy, N.K., Pardo, S.A.,
Simpfendorfer, C..A., Carlson, J.K. (2014). Diagnosing the dangerous demography
of manta rays using life history theory. PeerJ
2:e400 http://dx.doi.org/10.7717/peerj.400
[10] Pardo, S. A., Kindsvater, H. K.,
Cuevas-Zimbrón, E., Sosa-Nishizaki, O., Pérez-Jiménez, J. C., & Dulvy, N.
K. (2016). Devil in the details: growth, productivity, and extinction risk of a
data-sparse devil ray. bioRxiv,
043885.
[11] Couturier, L.I.E., Marshall, A.D.,
Jaine, F.R.A., Kashiwagi, T., Pierce, S.J., Townsend, K.A., Weeks, S.J.,
Bennet, M.B., and Richardson, A.J. (2012). Biology, ecology and conservation of
the Mobulidae. Journal of Fish Biology,
80, 1075-1119.
[12] Bustamante, C., Couturier, L., &
Bennett, M. (2012). First record of Mobula
japanica (Rajiformes: Myliobatidae) from the south-eastern Pacific Ocean. Marine Biodiversity Records, 5, 48.
[13] Lewis S.A., Setiasih N., Fahmi, Dharmadi,
O'Malley, M.P., Campbell, S.J., Yusuf, M., & Sianipar, A.B. (2015).
Assessing Indonesian manta and devil ray populations through historical
landings and fishing community interviews. PeerJ
PrePrints 3:e1642 https://doi.org/10.7287/peerj.preprints.1334v1
[14] Mundy-Taylor V., & Crook, V.
(2013). Into the deep: Implementing CITES
measures for commercially-valuable sharks and manta rays. Report prepared
for the European Commission. TRAFFIC, Cambridge, UK.
[15] Dharmadi, Fahmi. (2014). Biological aspects,
stock and conservation status of giant oceanic manta ray, manta birostris in
the Indian Ocean. Proceedings of the
Design Symposium on Conservation of Ecosystem, 2, 1-8
[16] Heinrichs, S., O'Malley, M., Medd, H.,
Hilton, P. (2011). Manta ray of hope 2011
report: The global threat to manta and mobula rays. WildAid, San Francisco,
CA.
[17] O’malley, M. P., Townsend, K. A.,
hilton, P., Heinrichs, H., & Stewart, J. D. (2016). Characterization of the
trade in manta and devil ray gill plates in China and South-east Asia through
trader surveys. AQUATIC CONSERVATION: MARINE AND FRESHWATER ECOSYSTEMS, DOI:
10.1002/aqc.2670.
[18] Heinrichs, S., O'Malley, M., Medd, H.,
Hilton, P. (2011). Manta ray of hope 2011 report: The global threat to manta
and mobula rays. WildAid, San Francisco, CA.