Rabu, 31 Oktober 2012

Pantai Lovina Bali yang Sunyi

Pantai Lovina di Buleleng Bali memang tak seindah pantai Kuta. Pasirnya saja, pasir hitam, lautnya-pun tak berarus besar sehingga tidak cocok untuk kegiatan selancar atau surfing. Letaknya di Bali Utara yang relatif dekat dengan kawasan wisata Bedugul seperti; kebun raya, danau Beratan, danau Bedugul, dan lainnya. Di pantai yang panjangnya sekitar 16 km dan waktu tempuh untuk mencapainya dari Kota Denpasar diperlukan sekitar 3,5 jam, suasananya sepi/tidak seriuh seperti di pantai Kuta, namun bagi turis-turis tertentu, justru ‘kesunyian’ inilah yang dicari. Saya pribadi, datang ke pantai Lovina ini adalah untuk mencari 'kesunyian' itu. ‘Sunyi’ saat ini adalah sesuatu yang berharga, karena orang-orang yang hidup di kota-kota besar sudah jenuh dengan keramaian, keriuhan oleh polusi suara yang berasal dari berbagai sumber, yang mengakibatkan tidak ada kesan harmoni-nya bahkan dapat membuat stress warganya. Dengan bertemu ‘kesunyian’ ini, pikiran jadi fresh dan jiwa terasa lebih tentram.
Dan dalam kesunyian di pantai Lovina ini, interaksi antara penduduk lokal dengan turis menjadi lebih ‘jujur’ dan hangat. Sehingga bisa saja bagi turis tersebut akan sangat mengesankan di hatinya. Sehingga suatu saat, dia ingin datang kembali lagi ke tempat ini.
Jalan menuju Pantai Lovina yang Sepi
Tak ada keriuhan di restoran sederhana dekat pantai ini
Hanya satu dua orang saja yang lalu lalang di pantai
Sunyi itu berharga
Pun sunyi...
Karena sunyi, Pak Pecit lebih banyak waktu untuk ngurus ayam aduannya
Seorang turis Belanda yang tiap 6 bulan sekali bulak balik Lovina Holland sedang bercengkrama penduduk setempat dengan hangat


Terapi Autis dengan Lumba-Lumba

Di sebuah hotel di Buleleng Bali yang berdekatan dengan pantai Lovina yang terkenal dengan dolphin's watching-nya, menyediakan fasilitas tidak gratis untuk terapi dengan memanfaatkan lumba-lumba atau sekedar berenang bareng lumba-lumba. Terapi lumba-lumba, katanya dapat mengobati autis dan penyakit jiwa. Kalau berenang bersama lumba-lumba, itu hanya sebagai hiburan saja, just fun, tidak ada maksud lain. Kalau untuk terapi autis dan penyakit jiwa, pasien diajak berinteraksi dengan lumba-lumba dalam berbagai bentuk. Soal tarifnya? Rp Rp 550 rb untuk tamu yang menginap sedangkan bagi yang tidak menginap, tarifnya Rp 700rb per orang dan itu hanya 20 menit saja. Yang luar biasa adalah reservasi tamu untuk ikut program, cukup banyak. Malah kalau berminat harus daftar sehari sebelumnya. Soal kemanjurannya? Saya tidak tahu persis. Yang jelas kasihan juga bagi sang dolphin-nya karena mungkin bisa kelelahan untuk menemani pengunjung berenang atau melakukan terapi secara terus-terusan. Mau coba?
Dolphin's
Berenang bareng lumba-lumba

Indahnya Danau Beratan di Bali

Danau Beratan berada di Kabupaten Tabanan, Bali atau ke arah barat dari Kota Denpasar yang dapat ditempuh selama 2 jam perjalanan dengan kendaraan pribadi. Perjalanan menuju Danau Beratan sangat menyenangkan karena di kanan kiri jalan kita disuguhi pemandangan hijau sawah yang bertingkat atau asrinya pepohonan lebat, walaupun jalannya agak sempit dengan banyak sekali menemui kelokan tajam. Kehidupan masyarakatnya tidak seperti yang berada di kota besar dengan ciri yang ingin berbagai hal dikerjakan dengan cepat. Disini masyarakatnya lebih dicirikan oleh sifat-sifat masyarakat agraris yang sabar. Dengan memang sepanjang perjalanan kita bisa menyaksikan beberapa petani sedang memanen padinya atau kesibukan petani yang sedang memindahkan sayuran dari kebunnya ke atas truk.
Sesampainya di lokasi wisata Danau Beratan, kami harus membeli tiket masuk Rp 10 rb per orang untuk domestik tapi untuk turis asing lain lagi harganya. Begitu masuk, kami tercengang karena keasrian lingkungan serta kebersihan sangat terjaga betul apalagi bangunan restoran dan toko tempat jualan cinderamata ditata dengan sangat apik. Di kawasan wisata ini kita tidak akan menemui pedagang asongan, yang kadangkala mengganggu kenikmatan berwisata. Ditambah lagi suhu udara yang sejuk sekitar 22 derajat celcius serta suasana yang sunyi. Danaunya berair jernih dengan dinding seberang sana adalah perbukitan hijau dengan lebatnya pepohonan dan yang lebih spektakuler lagi adalah adanya Pura di tengah danau. Pura tersebut namanya adalah Pura Ulun Danu. Hampir semua pengunjung baik lokal maupun asing, mengambil foto dengan latar belakang pura tersebut. Pantas saja kalau gambar danau Beratan dengan Pura Ulun Danunya dijadikan salah satu ikon wisata bali sehingga setiap brosur wisata bali dapat dipastikan ada gambar Danau Bratan-nya.
Saking enaknya suasana di Danau Beratan ini, kami jadi terlena sehingga sanggup berada disini hampir 3 jam.
Jalan menuju Tabanan dimana Danau Beratan berada
Gerbang masuk Danau Beratan
Pura Ulun Danu di Danau Beratan
Sangat asri
Harmoni yang tercipta
Tempat mencari nafkah
Bahkan untuk lokasi pengambilan foto prewedding

Senin, 29 Oktober 2012

Kewenangan Siapa Untuk Menangani Paus yang Terdampar?


Ahir-ahir ini kita sering disuguhi berita tentang terdamparnya paus di berapa pantai Indonesia, sebut saja:
1.  Tanggal 25 Juli 2012, seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) dengan panjang 12 meter  terdampar dalam kondisi hidup di perairan Tanjung Pakis – Karawang. Paus sperma ini setelah 4 hari berhasil dievakuasi ke laut, namun akhirnya kembali terdampar di perairan Muara Gembong Bekasi dalam kondisi mati. Bangkai paus kemudian dipindahkan  ke Pulau Kotok, Kepulauan Seribu untuk dilakukan penenggalaman bangkainya agar mengalami pembusukan secara alami, dan kerangkanya dikemudian hari akan diangkat untuk dijadikan koleksi dan bahan penelitian.
2.  Tanggal 1 Agustus 2012 seekor hiu paus (Rhincodon typus) atau hiu tutul dengan panjang 13 meter dan lebar 3,83 meter, dengan bobot sekitar 20 ton, terdampar di Pantai Baru, Pandansimo, Bantul, Yogyakarta. Hiu yang sempat diikat ekornya oleh warga setempat tak mampu bertahan dan akhirnya mati.
3.  Tanggal 1 Oktober 2012, sebanyak 48 ekor paus pemandu sirip pendek (Globicephala macrorhynchus)  dengan panjang 4 – 5 meter terdampar di Desa Deme Pulau Sabu, NTT. Hasil penyelamatan, sebanyak 3 ekor diantaranya berhasil diselamatkan dan dikembalikan ke laut. 
4.  Selain di Indonesia pendamparan paus juga terjadi di negara lain, diantaranya terdamparnya paus bongkok  (Megaptera novaeanglia)  pada tanggal 1 Agustus 2012 di Pantai Newport Utara Sydney Australia dan terdamparnya paus berukuran 16 meter pada tanggal 3 Agustus 2012 di pantai wilayah Sabah, Malaysia.

Para ahli berpendapat bahwa terdamparnya paus tersebut adalah sebagai akibat satu faktor berikut, yaitu:
  1.        Mengejar mangsa (blooming plankton), yang menyebabkan biota laut    langka terseret ke perairan yang lebih dangkal dan akhirnya terdampar.
  2.      Gangguan sistem sonar, kasus - kasus pencemaran, intensitas kebisingan, dan perubahan lingkungan laut dapat menyebabkan gangguan sistem sonar  sehingga paus kehilangan kemampuan menentukan arah pergerakan, yang kadang menyebabkan mereka terdampar.
  3.      Disorientasi akibat badai matahari dan gempa bumi 
  4.     Terserang penyakit, yang menyebabkan Paus terpisah dari kebiasaan migrasinya dan mengalami disorientasi ke perairan yang lebih dangkal
Dan umumnya kehidupan paus selalu berkelompok, seperti paus pilot yang terdiri dari 20 – 80 ekor dan dipimpin oleh satu betina. Kalau paus pemimpin-nya sakit atau mengalami disorientasi dan terdampar, maka paus kelompoknya akan ikut terdampar juga. Kenapa paus selalu hidup berkelompok? Itu dilakukan demi menjaga keamanan diri atau saling melindungi, karena di laut luas dan dalam tidak terdapat ruang perlindungan dan juga dengan hidup berkelompok, betina paus dapat menyusui bayi-bayi paus. Paus menyusui tidak saja untuk bayi biologis-nya tetapi juga bayi lainnya yang ada di kelompoknya.
Pada kasus-kasus terdampar paus, sampai saat ini para ahli paus belum dapat memastikan faktor  penyebab utama sampai paus itu bisa terdampar. Karena paus yang terdampar dan mati belum ada teknologi otopsi-nya. Jadi baru dugaan-dugaan saja terhadap terdamparnya paus.
Persoalan lain dengan terdamparnya paus di pantai di Indonesia, baik yang masih hidup maupun yang mati adalah siapakah yang bertanggung jawab terhadap penanganannya? Kalau terdamparnya di kawasan konservasi, itu jelas penanganannya mnjadi tanggung jawab instansi pengelola kawasan konservasi tersebut. Bagaimana paus yang terdampar diluar kawasan konservasi? Penanganan paus yang terdampar dan masih hidup dengan paus yang terdampar dan mati, tentunya sangat berbeda. Bagi paus terdampar dan masih hidup, penanganan yang diperlukan adalah bagaimana agar paus itu dapat kembali ke laut dan dapat tetap hidup. Lalu, bagi paus yang terdampar dan mati, penanganan yang diperlukan adalah bagaimana menguburkannya atau menenggelamkannya secara aman bagi kesehatan masyarakat dan lingkungannya. Dua-dua-nya memiliki konsekuensi terhadap biaya operasional yang diperlukan. Sampai saat ini, dari beberapa kejadian penanganan paus yang terdampar itu banyak dilakukan oleh TNI dan unsur masyarakat bersama beberapa lembaga swadaya secara volunter. Ke depan, kita tidak dapat mengandalkan pihak volunter secara terus menerus. Tetapi harus ditetapkan secara hukum, siapakah yang bertanggung jawab yang akan menangani paus terdampar tersebut?. Dan menurut pendapat saya, kiranya Pemerintah Kabupaten/kota dimana tempat paus itu terdampar adalah penanggung jawab-nya melalui dinas yang menangani perikanan dan kelautan. Tentunya pemda kab/kota tidak hanya dimintakan tanggung jawabnya semata namun  juga perlu diberikan manfaatnya atas kehadiran lintasan paus tersebut. Misalnya membuat paket tour ‘whales waching’ dan sebagiaan keuntungannya masuk ke kas pemerintah daerah setempat. Kenapa pemerintah kab/kota yang akan menangani paus terdampar? Karena pemerintah kab/koba adalah yang mempunyai kewenangan atau otoritas atas wilayahnya dan yang paling dekat dengan tempat terjadinya paus terdampar tersebut.
 Proses penanganan paus yang terdampar di Karawang yang akan ditenggelamkan di P Kotok di Kep. Seribu



Senin, 22 Oktober 2012

Alokasi Ruang Untuk Peruntukan Kawasan Pemanfaatan Umum dan Kawasan Konservasi dalam Rencana Zonasi WP3K Kab/Kota Mesti Proposional


Rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang peruntukan ruangnya dibagi menjadi 4 kawasan, yaitu; kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi, kawasan strategis nasional tertentu (KSNT), dan alur laut dalam penetapannya mesti menerapkan azas proposionalitas diantara ke empat-nya, terutama antara alokasi ruang untuk kawasan pemanfaatan umum dengan kawasan konservasi.
Alokasi ruang pada tiap kawasan harus proposional dimaksudkan agar ruang laut pesisir tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dengan basis antara perimbangan yang tepat antara pemanfaatan secara ekonomi dengan menjaga kelestarian lingkungan-nya.
Dari beberapa rencana zonasi WP3K kab/kota yang telah di-Perda-kan, seperti di Kab Pekalongan, Kota Pekalongan, Kab Gresik, dan Kota Ternate, kaidah proporsionalitas itu belum diterapkan secara benar. Hal tersebut dapat dimaklumi karena kaidah-kaidah yang dijabarkan dalam pedoman, NSPK dan lainnya yang merupakan tuntunan penyusunannya belum sepenuhnya tersedia, begitu-pun tentang prinsip-prinsipnya yang masih menjadi perdebatan secara hangat. Saat ini, pembagian ruang laut pesisir dalam rencana zonasinya lebih berdasarkan kepada fakta dan keinginan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan WP3K.
Alokasi ruang untuk kawasan konservasi harus diseimbangkan dengan luasan peruntukan ruang untuk kegiatan perikanan budidaya, perikanan budidaya, wisata bahari dan lainnya yang terkait dengan stock ikan. Keberadaan kawasan konservasi lebih utama jika ada kawasan pemanfaatan umum untuk kegiatan perikanan tangkap, budidaya perikanan, dan wisata bahari. Formulasi bagaimana? Apakah mau menerapkan kawasan konservasi sebesar 30% dari total luas ruang untuk kegiatan perikanan tangkap + perikanan Budidaya + wisata bahari? Seperti halnya yang berlaku dalam RTRW. Perlu kajian tersendiri untuk mendapatkan jawabannya.
Rencana Zoanasi WP3K mengalokasikan ruang laut sesuai peruntukannya 
Alokasi ruang untuk perikanan tangkap
Alokasi ruang untuk budidaya perikanan
Alokasi ruang untuk alur laut, al: pelayaran
Alokasi ruang untuk pemukiman
Alokasi ruang untuk pelabuhan
Alokasi ruang untuk sempadan pantai
Alokasi ruang untuk pariwisata
Alokasi ruang untuk konservasi harus seimbang dengan luasan kawasan pemanfaatan umum

Rabu, 17 Oktober 2012

Wisata Kota Medan. Mengunjungi “Rahmat” International Wildlife Museum and Gallery


Museum yang mengkoleksi berbagai jenis satwa liar awetan (taxidermy) dari berbagai negara baik yang berukuran kecil seperti serangga, kupu-kupu dan lainnya sampai harimau, badak, jerapah dan lain-lain berada di Jalan S. Parman, Kota Medan, cukup baik untuk sarana pembelajaran bagi para pelajar dan tidak hanya melulu sebagai ‘koleksi’ dari pemiliknya yang memang seorang pemburu.
Koleksi satwa-satwa liar taxidermy ada sekitar 3000 yang terdiri dari 1000 spesies, begitu banyak, sehingga dalam penempatan satwa-satwa awetan tersebut terkesan ‘umpel-umpelan’ dalam ruangan yang sempit, dan memang luas bangunan museum ini hanya 3000 m2 saja.
Taxidermy sendiri adalah seni mengembalikan bentuk satwa-satwa yang telah mati menjadi seperti aslinya seperti ketika hidup. Ahli taxidermy disebut taxidermist. Di kita sering menyebut satwa taxidermy dengan kata satwa opset-an. Taxidermy dapat dilakukan terhadap mamalia besar dan kecil, burung, ikan, amphibi, dan reptil. Namun taxidermy tidak dapat dilakukan sembarang orang. Sebagai contoh pengawetan satwa-satwa endemik Nusantara dilakukan di dalam negeri dengan cara memasukkan kapuk atau kapas ke dalam kulit dan tulang satwa yang akan diawetkan. Sehingga karena kapas kurang dapat membentuk lekuk satwa sesuai aslinya, maka hasilnya adalah bentuk dari satwa awetan itu kurang proposional. Ada yang berutnya bulat seperti drum minyak, ada leher satwa awetannya kepanjangan. Kan jadi aneh bentuknya. Sebagian besar satwa-satwa awetan/taxidermy yang berasal dari manca negara yang ada di museum “Rahmat” ini dilakukan di Nevada, Amerika dengan menggunakan material fiber, sehingga hasil ahir dari satwa awetan tersebut, persis sama dengan aslinya. Bagian-bagian satwa taxidermy yang diganti dengan fiber atau kapas adalah daging, lidah, dan mata. Bagian lainnya seperti kulit, kuku, tanduk, gigi, dan taring adalah asli.
Masuk museum ini hanya ditarik Rp 32rb untuk dewasa dan Rp 25rb anak-anak atau pelajar. Memang, kecil dibandingkan dengan biaya perawatan yang harus dikeluarkan oleh sang empunya museum ini. Namun demikian tidak ada salahnya, demi kemajuan museum ini sendiri untuk membenahi pengelolaannya supaya lebih proposional lagi. Beberapa saran untuk museum ini adalah: visualisasi tentang pemburuan satwa liar harus dikurangi banyak. Karena dengan pemburuan itu seperti yang dimengerti masyarakat umum adalah sebuah penganiayaan terhadap satwa. Dan di sisi lain mungkin saja menumbuhkan minat beberapa pengunjung untuk merasakan kegiatan berburu. Kalau perburuan itu dilakukan secara semena-mena tentunya itu adalah hasil yang tidak baik. Hal lain adalah penataan koleksi dengan back ground yang tepat mestinya. Masa ada harimau yang berada diantara pohon bunga sakura? Kemudian, suara latar, apapun satwa yang ditampilkan, hanyalah suara cicit burung. Mestinya kalau disitu ditampilkan hewan mamalia besar, suara latarnya adalah suara lenguhan sang satwa.
BTW, museum ini bagus dan perlu didukung keberadaanya. Jadi apabila berkunjung ke Kota Medan, tidak hanya beli durian atau bolu kukus, tetapi bisa menyaksikan hal lain, yang juga baik untuk anak-anak kita dan dunia ilmu pengetahuan. Yuk, kita kunjungi museum ini.    
Museum taxidermy di Kota Medan
Pintu masuk Museum Rahmat Wildlife bergaya Eropa yang menarik
Hasil taxidermy yang bagus
Koleksi satwa endemik Indonesia opset-an yang bagus
Koleksi taxidermy berbagai jenis kepiting
Hasil taxidermy/opset-an yang tidak baik sehingga bentuk satwa tidak proposional
BTW, museum ini membuat wisata di Kota Medan menjadi bervariasi

Durian Medan, Enak Sekali


Bulan Oktober ini sudah bukan musimnya durian lagi di Medan, Sumatera. Tapi karena sudah hobi menyantapnya, kita keukeuh harus ketemu itu durian Medan yang terkenal manis renyah. Setelah tanya sana sini termasuk kepada tukang bentor atau becak motor yang banyak berkeliaran di Kota Medan, ditunjukkanlah di ‘Ucok Durian’ yang ada di Jalan Sei Wampu atau Jalan Wahid Hasyim. Dan memang ternyata ‘ada’, duriannya-pun bertumpuk banyak sekali di depan warung-nya. Warung ‘Ucok Durian’ ini buka 24 jam. Boleh juga sebagai referensi, kalau sewaktu-waktu kepengen makan durian.
Durian-durian ini didatangkan dari berbagai daerah, tidak hanya dari kebun-kebun yang ada di Sumatera Utara, tetapi bisa dari Aceh, dari Jambi, dari Sumatera Barat dan lainnya. Sehingga stock durian tersedia sepanjang waktu.
Kami minta dipilihkan durian yang bagus yang artinya; manis, wangi, dan kering. Si abang pelayannya menyanggupinya, bahkan memberi garansi, kalau rasanya mengecewakan, boleh ganti gratis duriannya.
Makan durian seperti di tempat lainnya di Sumatera adalah bersama nasi ketan. Yang membedakan dengan tempat lainnya, di tempat Ucok durian ini, nasi ketannya dibungkus dengan daun pisang. Kalau di Kota Padang atau di Pekan Baru, nasi ketannya ditambahi parudan kelapa. Durian ketan ini bukan pengganti makan siang atau makan malam, tetapi tetap saja katagori sebagai camilan, padahal kalori yang dikandungnya melebihi porsi makan siang atau makan malam. Betul, nikmatnya ‘wah’ susah dikatakan. Enak sekali.
Kami berdua hanya sanggup melahap 2 durian yang masing-masing sebesar kepala dengan harga yang murah sekali, kalau dihitung dengan ukuran harga Jakarta. Harga durian-nya hanya Rp 25 rb!! Harga satu bungkus nasi ketan Rp 5 rb. Air putih gelas, malah gratis! Jadi kami bertiga setelah puas menikmati durian Medan dengan nasi ketannya, hanya menghabiskan Rp 65 rb saja. Wajib dicoba.
Ucok Durian di Jln Sei Wampu, Kota Medan
Durian disini tak mengenal musim, selalu tersedia
Makan durian-nya, bersama nasi ketan
Lahap saking enaknya
Puas