Sabtu, 31 Desember 2011

Zona Perikanan Pada Kawasan Pemanfaatan Umum di Bastunamata

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil menurut Undang-Undang No.27 Tahun 2007, dibagi menjadi 4 kawasan, yaitu; kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi, alur laut, dan kawasan strategis nasional tertentu. Kawasan Bastunamata yang mencakup wilayah Prov Kepri, Jambi, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat, juga dibagi ke dalam 4 kawasan tersebut. Kawasan Pemanfaatan umum sendiri dibagi lagi menjadi zona-zona, diantara untuk zona perikanan tangkap dan zona perikanan budidaya. Hasil kajian keruangan terhadap kawasan Bastunamata yang layak untuk dikembangkan sebagai zona perikanan tangkap dan perikanan budidaya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Zona Perikanan Tangkap Di Bastunamata
Zona Perikanan Budidaya di Kawasan Bastunamata

Nikmatnya Sate Klatak di Bantul, Jogja


Sate klatak banyak dijajakan di Bantul pada ruas Jogja-Parangtritis. Sate klatak adalah sate kambing yang membedakannya adalah ukuran potongannya lebih besar dan tusuk sate/sujen-nya menggunakan logam jari-jari sepeda bukan dari bambu pada umumnya sate. Potongan daging kambingnya seukuran ½ ibu jari orang dewasa dan dalam satu tusukan jari-jari sepeda ada sekitar 6-7 potongan daging yang menempati setengah panjang jari-jari sepeda. Jadi ukurannya jauh lebih besar dibandingkan dengan ukuran sate kambing biasa.
Kami mengunjungi salah satu rumah makan yang khusus menyediakan sate klatak yaitu rumah makan sate klatak ‘Pak Pong’ di Jalan Imogiri Timur persis sebelahnya Stadion Sultan Agung di Bantul. Jarak dari Kota Jogja sekitar 10 km. Tidak jauh memang. Kami datang tidak bisa langsung dapat tempat duduk karena yang sudah duluan ngantri sudah banyak. Wah, kalau pengunjungnya banyak seperti ini, saya dapat menduga bahwa; rasa, besaran ukuran menu, dan harganya pasti menarik. Karena untuk konsumen kita umumnya, hal-hal itulah yang menjadi pertimbangan utama ketika mau datang ke sebuah restoran atau rumah makan.
Ketika kami nikmati sate klatak Pak Pong ini langsung kami angkat jempol, enaknya enak sekali. Walaupun ukuran potongan dagingnya besar namun seluruh daging itu matang, tidak gosong, dan wangi khas daging kambingnya sangat menggoda selera. Bumbu yang disediakan hanya bumbu kecap biasa saja. Dan saya pikir bumbu itulah yang tepat, karena dengan begitu rasa dan aroma sate kambingnya benar-benar original. Kalau memakai bumbu kacang malah yang muncul kuat adalah rasa bumbunya yang mengalahkan rasa dan aroma dari daging kambingnya itu sendiri.
Untuk ukuran saya, menyantap seporsi sate klatak Pak Pong ini –sudah cukup-. Satu porsi itu terdiri dari 2 tusukan. Walaupun hasrat untuk menyantap lebih dari satu porsi itu sangat kuat karena rasa nikmat dari sate klatak ini namun kalau diikuti, kolesterol saya bisa meningkat tajam.
Di sate klatak Pak Pong ini, selain menghidangkan sate juga tersedia tongseng, tengkleng, rawon, dan sop kepala. Semuanya serba nikmat karena semua masakan dimasak dengan menggunakan kayu bakar. Menggunakan kayu bakar tentu akan lebih memberi aroma sedap kepada masakan dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah atau gas.
Harga seporsi sate klatak yang terdiri dari 2 tusukan =Rp 10rb, begitu juga dengan tengkleng yang sedap itu. Kalau tongseng, harga seporsinya Rp 12rb.
Sungguh saya berjanji kalau nanti ke Jogja lagi, saya akan ajak keluarga saya untuk menikmati sate klatak Pak Pong ini. Ngangeni.... 
Sate Klatak atau Sate Kambing yang Tusuknya dari Jari-Jari Sepeda Motor
Tengkleng-nya Sedap dan Gurih
Kenikmatan Bertambah Dengan Teh Manis Gula Batu dan Teko Jadul
Masakan Tambah Beraroma karena Dimasak Pakai Kayu Bakar
Nikmatnya Sate Klatak Pak Pong di Bantul

Pantai Parangtritis di Jogja yang Mempesona

Pantai Parangtritis yang jarak-nya 27 km dari Kota Jogja, berada di desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, DIY, merupakan salah satu tempat wisata yang terkenal di Jogja. Jalan menuju pantai ini cukup mulus hanya saja kurang lebar sehingga pada beberapa titik sering mengalami ketersendatan terutama pada masa liburan.
Pantai Parangtritis termasuk kepada tipe pantai berpasir dan berkontur landai. Sebagaimana umumnya tipe pantai seperti ini dan walaupun tidak berpasir putih tetapi berpasir hitam, tipe pantai seperti ini memang bagus untuk dijadikan sebagai tempat wisata. Beberapa pantai yang termasuk tipe pantai berpasir dan landai adalah : Kuta di Bali, Pangandaran di Ciamis, Pelabuhan Ratu di Sukabumi, dan lainnya.
Selain keindahannya yang menarik, Pantai Parangtritis oleh sebagian masyarakat Jogja dianggap memiliki kekuatan mistik tertentu sehingga beberapa warga tersebut sering memberikan penghormatan lebih kepada tempat ini. Pantai Parangtritis, Kraton Kesultanan Jogja, dan Gunung Merapi adalah kekuatan Trimurti  yang menyeimbangkan alam ini. Pantai Parangtritis dengan Laut Selatan-nya dipercayai sebagai tempat penguasa Nyi Roro Kidul berada. Dan Nyi Roro Kidul memiliki hubungan dengan Kesultanan Jogja. Bahkan bagi beberapa warga yang mempercayainya, kejadian yang kerap terjadi  tentang terseretnya yang menewaskan beberapa wisatawan oleh Laut Selatan adalah sebagai‘ulah‘ Nyi Roro Kidul. Padahal secara ilmiah hal itu terjadi sebagai akibat penomena ‘arus laut’  yaitu arus yang bergerak cepat menuju pantai dan kembali lagi secara cepat pula dengan membawa apa yang menghalanginya seperti wisatawan yang sedang berenang itu. Arus laut (sea current) sendiri adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lainnya baik secara vertikal maupun horizontal dan terjadi secara terus menerus untuk menuju keseimbangan. Berbeda dengan pengertian gelombang dimana gelombang  atau ombak adalah pergerakan naik turunnya air dengan arah tegak lurus permukaaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Jadi pada gelombang atau ombak tidak ada pegerakan massa air. Untuk supaya tidak terjadi bala bencana, maka sebagian masyarakat setempat pada setiap malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon serta puncaknya  pada setiap tanggal 1 Syuro dalam penanggalan Jawa, di tempat ini pihak Kraton Jogja melakukan labuhan ke laut dengan memberikan sesaji berupa bermacam kembang dan panganan ke penguasa Laut selatan ini.
Di sekitaran Pantai Parangtritis juga ada beberapa makam yang dikeramatkan, sehingga wisatawan yang datang ke Parangtritis tidak hanya untuk menikmati pemandangan pantai dan laut-nya namun banyak juga yang datang untuk berziarah dan bersemedi. Makam-makam yang sering diziarahi yang ada di sekitaran Parangtritis, diantaranya: Makam Syech Maulana Magribi, Makam Syech Bela-Belu, Makam Ki Ageng Selohening.
Dalam Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, tempat seperti Pantai Parangtritis ini yang acap digunakan untuk kegiatan ritual adat masyarakatnya, dapat dimasukkan ke dalam Kawasan Strategis Nasional Tertentu, atau Kawasan Strategis Provinsi, atau Kab/Kota tergantung dari skala kepentingannya. Hal ini dilakukan untuk lebih mempetegas akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan Parangtritis.
Dari sudut keindahan alamnya sendiri, Pantai Parangtritis adalah salah satu tempat wisata utama di Jogja. Walaupun pasirnya pasir hitam tetapi karena udara yang segar, kelapangan mata memandang, pesona laut dengan irama gelombang-nya, kemudahan akses untuk mencapai tempat ini, dan budaya penduduk sekitar yang melumer menjadi kesatuan daya tarik wisata, serta jangan dilupakan juga harga tiket yang murah, itu adalah pertimbangan para wisatawan untuk datang berkunjung ke Pantai Parangtritis, terutama sekali wisatawan domestik. Tiket masuk kawasan ini  per orang hanya Rp 3 rb ditambah Rp 250 untuk asuransi kecelakaan.
Daya tarik wisata pantai di Parangtritis sudah tidak disangsikan lagi, tentunya apabila ingin meningkatkan ‘status’ wisata disini, kiranya perlu ada pembenahan terhadap infrastrurtur penunjangnya serta penataan ruang di kawasan itu. Beberapa hal yang perlu dibenahi adalah:
1. Pelebaran jalan akses menuju kawasan pantai,
2. Penanaman pohon di sekitar pantai terutama yang berbatasan dengan pemukiman atau warung-warung
3. Pengatura perparkiran dimana sekarang seolah boleh parkir dimana saja. Bus besar banyak yang parkir di pinggir jalan atau di depannya persis penginapan. Perparkiran di kawasan wisata yang sudah bagus diterapkan adalah di kawasan wisata Gunung Tangkuban Perahu di Bandung.
4. Banyak kios, lapak, rumah makan, penginapan, perumahan  yang sepertinya asal bangun tanpa mempertimbangkan aspek estetika sehingga menimbulkan kesan kekumuhan,
5. Melengkapi sarana keselamatan pengunjung pantai yang dirasakan masih sangat minim sekali.
Hal-hal tersebut di atas masih sangat dimungkinkan untuk dilakukan di kawasan wisata Pantai Parangtritis ini, dimana sarana dan lahan masih tersedia banyak. Kalau Pantai Parangtritis ini nyaman tentu akan lebih banyak lagi menyedot wisatawan dan jalan kemakmuran masyarakatnya dapat diretas.
Pesona Pantai Parangtritis
Senja di Pantai Parangtritis nan Indah
Menikmati Pantai Dengan Jip
Bisa Juga Menikmati Pantai Dengan Delman

Rabu, 28 Desember 2011

Konsep Pengembangan Kawasan Bastunamata

Kawasan Bastunamata yang terdiri dari wilayah Anambas, Natuna, dan wilayah Selat Karimata, sangat layak untuk dikembangkan, karena:
1. Wilayah Bastunamata berada pada kawasan strategis regional,
2. Berada pada jalur Internasional yang sibuk,
3. Memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah, dan
4. Membutuhkan sentuhan pembangunan yang masif.
Berikut ini adalah konsep penembangan Bastunamata:
Letak Kawasan Bastunamata yang lebih luas dari Kawasan Selat Karimata
Konsep Pengembangan Bastunamata
Output Pengembangan Kawasan Bastunamata

Kebijakan Terkait
Pengembangan Bastunamata

Selasa, 27 Desember 2011

Potensi Kawasan Bastunamata

Kawasan Bastunamata yang terdiri dari wilayah Prov Kepri, Jambi, Babel, dan Kalbar memiliki potensi sumberdaya yang besar. Potensi tersebut dapat mengangkat perekonomian masyarakat setempat apabila pengelolaannya dilakukan secara benar. Bastunamata yang lebih mengacu kepada ekoregion berada pada kawasan strategis dunia dan berada di regional pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Bastunamata adalah salah satu dari 11 ekoregion di Indonesia
Letak Geografis Bastunamata
Bastunamata melingkupi 4 Prov dan 23 kab/kota
Potensi Bentang Laut Bastunamata
Potensi Bentang Laut Bastunama

Senin, 26 Desember 2011

Naik Ferry Penyeberangan Batam-Tanjung Pinang yang Menyenangkan

Sudah selayaknyalah transportasi di wilayah kepulauan seperti di Provinsi Kepulauan Riau lebih memanfaatkan moda angkutan laut. Dan itu cukup membantu masyarakat untuk aktifitas mobilitasnya dengan harga yang dibayarkan relatif murah jika dibandingkan dengan ongkos moda angkutan darat apalagi moda angkutan udara. Contohnya kami yang memiliki kepentingan pertemuan di Kota Tanjung Pinang yang berada di Pulau Bintan. Sedangkan kami datang dari Jakarta melalui penerbangan menuju Batam. Penerbangan Jakarta-Tanjung Pinang sangat terbatas sekali, karena bandara di Tanjung Pinang belum bisa disambangi oleh pesawat berbadan lebar.Maka kami harus menyeberang  ke Tanjung Pinang dengan ferry, karena tidak ada jenis angkutan lainnya. Ketika kami tiba di Pelabuhan penyeberangan Telaga Punggur di Kota Batam kami sudah ditawari oleh berbagai agen ferry yang akan menyeberang ke Pulau Bintan atau ke Kota Tanjung Pinang bahkan ke Singapura segala. Suasana di pelabuhan penyeberangan Telaga Punggur di Kota Batam ini seperti suasana di terminal bus antar kota di kota-kota besar di Jawa. Yang menarik dari apa yang ditawarkan oleh para agen ini adalah hanya tentang waktu keberangkatan ferry yang sesaat lagi atau ferry yang cepat sampai di tujuan. Kami pilih ferry yang paling cepat sampainya di Tanjung Pinang walaupun harus nunggu 30 menit lagi. Ferry yang lebih kecil yang akan berangkat 5 menit lagi, waktu tempuhnya 1 jam 30 menit. Sedangkan ferry yang kami pilih hanya butuh waktu 1 jam saja, disamping itu ferry kami, bodynya lebih besar.
Ongkos ferry penyeberangan Batam-Tanjung Pinang sebesar Rp 44 rb, dimana Rp 40 rb-nya adalah ongkos murni ferrynya, Rp 2 rb untuk asuransi jiwa dan Rp 2 rb lagi untuk seaport tax.
Ferry yang akan kami tumpangi adalah dari agen yang paling terkenal dan berukuran 30 m x 5,2 m dengan jumlah tempat duduk 191 kursi. Kami pilih duduk di ruang dek dimana dalam ferry itu ada ruang VIP dan dek walaupun ongkos keduanya tidak berbeda. Di ruang dek, kami dapat menikmati perjalanan ferry ini. Sebelum ferry berangkat, suasananya seperti di terminal bus, dimana para pedagang asongan yang menawarkan rokok, minuman, atau mainan silih berganti naik turun untuk menjajakan dagangannya. Barangkali dalam hal ini perlu ada penertiban, karena bagaimanapun hal itu akan mengganggu kenyamanan penumpang. Rokok, minuman, makanan, dan barang lainnya toch sudah disediakan di kios-kios di dermaga atau di ruang tunggu sebelum naik ke dalam ferry.
Tepat pk 2 siang, ferry yang diisi oleh ¾ penumpang dari full kapasitas-nya, berjalan menuju Tanjung Pinang menembus hujan di bulan Desember yang dikenal terkadang terjadi ombak dan badai di perjalanan tetapi karena ukuran ferry ini cukup besar, sehingga ombak laut dalam batas tertentu dapat diterjangnya dengan mudah. Itulah salah satu pertimbangan kami kenapa kami memilih ferry yang berukuran relatif besar ini. Selepas dermaga Telaga Punggur, kami dan juga penumpang lainnya langsung tertidur mungkin keasyikan diayun oleh ombak. Padahal televisi besar di depan kami sedang seru-serunya menayangkan film ‘warkop’ yang lucu.
Pukul 3 sore atau satu jam perjalanan kami sudah tiba di dermaga Sri Bintan Pura di Kota Tanjung Pinang. Atau tepat 1 jam waktu yang diperlukan untuk perjalanan Batam-Bintan dan sesuai dengan apa yang dijanjikan agen pada waktu kami mau membeli tiket. Kalau begitu ferry ini benar-benar berangkat dan datang sesuai jadwal. Perlu mendapat apresiasi.  Dan kami benar-benar nyaman menggunakan jasa angkutan jenis ferry ini. Saya jadi teringat akan ceramahnya Prof Dorodjatun Kuntjoro-Jakti yang mantan Menko Perekonomian di era Presiden Megawati, kira-kira setahun lalu dalam acara peringatan Hari Nusantara di kantor kami. Beliau menyatakan bahwa di negeri kepulauan seperti Indonesia, moda angkutan yang paling layak dikembangkan adalah angkutan laut atau menggunakan kapal. Karena dari hasil perhitungan bahwa jasa angkutan laut adalah yang paling efisien dibanding jenis angkutan lainnya. Efisien disini artinya ukuran besarnya biaya baik rupiah, waktu, energi, emisi, infrastruktur, dan lainnya yang dikeluarkan untuk menggerakkan penumpang maupun barang dari satu tempat ke tempat lainnya oleh salah satu moda angkutan relatif lebih kecil dibandingkan moda angkutan lainnya.
Saya sangat setuju dengan pendapat itu dan kiranya pengembangan transportasi antar kota antar pulau di Indonesia yang dikenal memiliki belasan ribu pulau adalah dengan jenis transportasi laut. Tidak jenis lainnya yang nyata-nyata membutuhkan banyak biaya terutama untuk pembangunan infrastruktur pendukungnya.
Membeli Tiket Ferry Batam-Tanjung Pinang =Rp 40rb di Telaga Punggur Batam
Penumpang Naik Ferry
Penumpang Nyaman di Dalam Ferry
Selama Perjalanan Disuguhi Video Film Warkop Tapi Penumpang Umumnya Tidur
Satu Jam Perjalanan, Kami Tiba di Pelabuhan Sri Bintan Pura di Tanjung Pinang

Rabu, 21 Desember 2011

Mengunjungi Museum Patung Lilin Madame Tussauds di Hollywood

Museum patung lilin dari bintang film, musisi, olah ragawan, pelaku kriminal kesohor, dan politikus didirikan oleh Marie Tussaud yang terlahir dengan nama Marie Grosholtz tahun 1761 di Perancis. Ibunya Marie Tussaud adalah pembantu rumah tangga pada keluarga Dr. Phillipe Curtius, seorang dokter yang mahir dalam pembuatan patung lilin. Curtius mendidik Tussaud agar menjadi pematung lilin juga. Curtius meninggal tahun 1794 dan koleksi patung-patung lilinnya diserahkan kepada Marie Tussaud. Kemudian sebagai akibat perang Ingris-Perancis, Marie Tussaud pindah ke Inggris. Pada tahun 1735, Tassauds memiliki tempat pameran patung-patungnya secara permanen di Baker Street London. Tempat itulah pertama kalinya museum patung lilin Madame Tussauds berdiri. Kini museum yang telah punya cabang di Hongkong, Amsterdam, New york, Hollywood dan lainnya, telah menjadi tujuan wisata yang menarik. Museum Madame Tassauds yang sebelumnya dimiliki oleh Tassauds Grup, sejak tahun 2007 telah diakuisisi oleh perusahaan wisata bernama Merlin Entertainments.
Yang baru saya kunjungi adalah museum Madame Tussauds di Hollywood, dimana sebelumnya saya telah mengunjunginya yang berada di Hongkong dan Amsterdam. Museum Madame Tussauds di Hollywood berada di persis di sebelah kiri Kodak Teatre, tempat yang sangat terkenal karena tiap tahun disitu dijadikan tempat penganugrahan Academy Award bagi para pekerja film. Masuk museum ini dikenakan biaya $25 per orang. Kemudian kita diarahkan untuk naik lift langsung ke lantai 3, yang ternyata untuk menikmati patung-patung ini harus disusuri mulai dari yang teratas terlebih dahulu.
Begitu masuk ruang pamer patung lilin yang disambut oleh patungnya Madonna, Lady Gaga, Jenifer Lopes, Brad Pitt dan lainnya, bulu kuduk saya langsung jadi merinding. Bagaimana tidak? Patung itu dibuat sangat detil sampai kepada bintik kulit dan matanya yang hidup. Sangat mirip dengan aslinya, yang membedakan hanya patung ini tidak punya nyawa.
Jumlah patung lilin seutuh badan aslinya, jumlahnya mencapai hampir 100 patung yang didominasi oleh patung para bintang film, kemudian ada patung Beckham, Tiger Wood, Obama dan lainnya. Hal lain yang menarik lagi adalah masalah tinggi badan, ternyata Justin Timberlake itu tingginya engga jauh berbeda dengan orang indonesia, memang kalau Bruce Willis itu orangnya tinggi besar mungkin tingginya hampir 2 meter. Kita kalau mau lihat mukanya pasti harus mendongak jauh ke atas. Terlalu banyak untuk mengingat dan menelaah informasi perjalanan kehidupannya di balik patung-patung itu. Kami 2 jam berada di museum ini hanya bisa menikmati 10 patung beserta informasinya.
Saya sungguh sangat terkesima dengan patung-patung ini. Ini adalah karya seni yang sangat tinggi, yang menunjukkan akan tingkat budayanya. Tidak rugi sekitar Rp 250rb untuk tiketsekali masuk ke museum Madame Tussauds ini. 
Pintu masuk museum Madame Tussauds di Hollywood
Pendiri museum, Marie Tussaud
Sekelumit informasi Marie Tussaud
Detil dari Britney Spears
Tato di tangan Britney Spears
Marlene Dietriech
Mana asli mana patung?
Mana pengunjung mana patung?

Perencanaan Tata Ruang Laut dan Pesisir di Teluk Southern California

Kami berempat dari Indonesia yaitu Eko Rudianto/Direktur Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Sriyanti/Direktur Kelautan dan Perikanan Bappenas, Didi Sadili/Kasubdit Rencana Tata Ruang dan Zonasi Wilayah 1, dan Kartika Listriani/dari KKP berdiskusi hangat dengan Prof James Pawcett, Prof Jerry R.Schubel, dan Angie Fredrickson tentang tata ruang laut yang bertempat di Aquarium of The Pasific di Los Angeles. Topik diskusi diambil dari catatan berikut:
 
Beberapa Kesimpulan dan Rekomendasi dari sebuah forum yang disponsori oleh the Aquarium of The Pacific Marine Conservation Research Institute (MCRI), University of Southern Cakifornia Wrigley Institute, serta USC Sea Grant Program

Pada tanggal 26-27 Juli 2011, terdapat sekitar 40 peserta yang berdiskusi mengenai bagaimana Perencanaan Tata Ruang Pesisir Laut atau Coastal Marine Spatial Planning (CMSP) dapat diimplementasikan di wilayah Teluk Southern California untuk tujuan ekonomi dan lingkungan. Forum ini digagas oleh the Aquarium of The Pacific Marine Conservation Research Institute (MCRI), University of Southern Cakifornia Wrigley Institute, serta USC Sea Grant Program, serta didukung oleh Ralph and Hazel Osborn and Lois J.Roark Charitable Trust. Para pesera terdiri dari akademisi, pemerintah, serta swasta.

Uraian dibawah ini merupakan kesimpulan singkat serta rekomendasi yang dihasilkan oleh forum tersebut, serta merupakan konsensus yang terbentuk dan tidak menunjukkan bahwa setiap orang menyetujui kesimpulan tersebut. Kedepan, forum ini bermaksud untuk mengimplementasikan kesimpulan tersebut terhadap Teluk Southern Callifornia.
Uraian dibawah ini mayoritas berasal dari presentasi Charles N. (Bud) Ehler.


URAIAN SINGKAT MENGENAI PERENCANAAN TATA RUANG PESISIR DAN LAUT /
COASTAL AND MARINE SPATIAL PLANNING (CMSP)
Secara sederhana, Perencanaan Tata Ruang Pesisir dan Laut atau Coastal and Marine Spatial Planning (CMSP) adalah sebuah proses untuk menata wilayah pesisir dengan membuat alokasi ruang untuk kegiatan-kegiatan manusia dalam rangka mengurangi konflik antara kepentingan ekonomi, lingkungan, dan sosial secara berkelanjutan. CMSP tidak dimaksudkan untuk meniadakan semua rencana yang dibuat sektor-sektor terkait, namun justru berusaha untuk melihatnya secara komprehensif, dengan tujuan untuk meminimalkan konflik antar sektor tersebut serta memberikan keuntungan terhadap aspek sosial dan ekonomi.

Definisi CSMP menurut Ocean Protection Council pada CSMP Workplan Memo bulan November 2010:
Perencanaan Tata Ruang Pesisir dan Laut atau Coastal and Marine Spatial Planning (CMSP) adalah proses perencanaan yang komprehensif, adaptif, menyeluruh, berbasis ekosistem, serta jelas. Pendekatan ini menggabungkan aspek lingkungan, ekonomi, serta sosial, yang menjelaskan pemanfataan ruang laut dan pesisir eksisting dan prediksi kedepan, dalam rangka mengelola, meminimalkan konflik, memfasilitasi kesesuaian diantara berbagai sektor, serta menjaga keberlanjutan sumberdaya pesisir dan laut.

Sementara itu, definisi CSMP menurut Ehler dan Douevre:
Perencanaan Tata Ruang Pesisir dan Laut atau Coastal and Marine Spatial Planning (CMSP) adalah proses menyusun analisis serta alokasi ruang dan pengaturan kegiatan-kegiatan manusia di wilayah pesisir dan laut dalam rangka mencapai tujuan ekonomi, lingkungan, dan sosial, yang juga mellibatkan proses politik.

CSMP adalah sebuah proses, yang harus dilaksanakan secara terbuka, menyeluruh, jelas, berorientasi masa depan, berbasis ekosistem, serta mengkoordinasikan semua sektor, juga harus dilaksanakan secara kontinyu. CSMP meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, dan adapatasi berdasarkan data-data terkini, dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan. CSMP juga dinilai dari keluaran dan manfaat yang dihasilkan, bukan hanya prosesnya.

Sejarah singkat CSMP di U.S:
§  Juni 2009: Presiden Obama memerintah 22 departemen terkait untuk menyusun kerangaka pemikiran perencanaan tata ruang pesisir dan laut
§  Juli 2010: Presiden Obama menetapkan National Ocean Policy yang memberikan prioritas pada perlindungan, pemeliharaan dan pemulihan ekossitem serta pengembangan ekonomi berkelanjutan di wilayah pesisir dan laut. CSMP merupakan proses yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Perencanaan Tata Ruang Laut telah lama dilaksanakan di wilayah Eropa dan Australia, serta mulai dilaksanakan di U.S untuk mengakomodasi negara bagian yang memiliki wilayah pesisir, misalnya negara bagian di sekitar the Great Lakes.


GAMBARAN UMUM MENGENAI TELUK SOUTHERN CALIFORNIA  
Teluk Southern California meliputi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yang merupakan bagian dari Samudera Pacific, dengan batas di utara adalah Santa Barbara dan Estenada, Mexico di selatan. Populasinya adalah sekitar 17.2 juta orang.  Kegiatan-kegiatan yang berkembang di wilayah Teluk Southern California adalah sebagai berikut:
§   Rekreasi
§   Konservasi
§   Perdagangan dan industri perikanan
§   Pangkalan dan tempat latihan militer
§   Infrastruktur pengolahan limbah
§   Sosial budaya

Beberapa Konsensus tentang Harapan Kedepan untuk Teluk Southern California (sampai dengan 2050):
§ Ekosistem pesisir dan laut yang lestari, untuk kepentingan ekonomi dan lingkungan
§   Pantai yang bersih dan menarik untuk wisata bahari
§   Tempat yang aman bagi semua orang
§   Perikanan tradisional dan wisata bahari berjalan dengan baik
§   Perikanan budidaya dan industri perikanan berjalan dengan baik
§   Kerangka aturan dan perijinan yang dapat mendorong inovasi


KESIMPULAN
1)        Teluk Southern California merupakan tempat yang tepat untuk mengimplementasikan proses CSMP
2)        Didalam proses CSMP ini, sangat perlu dilakukan sosialisasi dan pendidikan terhadap para stakeholders
3)        CSMP harus dilaksanakan secara kontinyu
4)        Peraturan dan kebijakan yang dibuat didalam proses CSMP ini harus mendukung kepentingan ekonomi, tanpa menurunkan kualitas lingkungan
5)        Perlu dilakukan pilot project untuk mengimpelementasikan proses CSMP secara keseluruhan
6)   Untuk memastikan suksesnya proses CSMP ini, perlu dibuat beberapa skenario yang menunjukkan kondisi Teluk Southern California di masa depan, berdasarkan beberapa perlakuan para stakeholders dan kebijakan saat ini.
7)        Ketidakpercayaan pemerintah terhadap proses CSMP ini merupakan suatu halangan/kendala.
8)        Melalui proses CSMP ini, diharapkan dapat membantu memberikan solusi bagi krisis ekonomi di U.S
9)        Popualasi yang besar di wilayah Teluk Southern California merupakan isu yang harus dihadapi
10)  Didalam CSMP, terdapat proses pengawasan yang diharapkan dapat meminimalkan dampak kegiatan manusia terhadap wilayah pesisir dan laut


RENCANA KEDEPAN
Beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh CSMP adalah sebagai berikut:
1)    Bagaimana kondisi eksisting di wilayah Teluk Southern California ? Meliputi kondisi sumberdaya dan lingkungan, serta kegiatan-kegiatan manusia didalamnya beserta para stakeholders-nya.
2)        Kondisi seperti apa yang diinginkan kedepan untuk wilayah Teluk Southern California ?
3)        Bagaimana untuk mencapai kondisi yang diinginkan tersebut ?
4)        Bagaimana proses yang harus dilaksanakan ?

Beberapa usulan untuk proses CSMP:
1)        Menyelenggarakan konsultasi publik untuk membahas CSMP
2)        Melakukan survey terhadap para pelaku industri utama
3)   Menyusun beberapa skenario yang menunjukkan kondisi Teluk Southern California di masa depan berdasarkan berbagai perlakuan dan kebijakan, termasuk skenario terburuk yang menggambarkan kondisi Teluk Southern California jika CSMP tidak dilakukan.
4)        Mengidentiifkasi dan membentuk Tim yang terdiri dari berbagai insitutusi, yang bertugas untuk mengawal proses CSMP ini.
5)        Proses CSMP ini harus segera dilaksanakan, berdasarkan data-data yang telah ada.
Teluk California
Eko Rudianto berdiskusi tentang Tata Ruang Laut California dengan Prof James Pawcett
Pemanfaatan Umum Ruang Teluk California
Pemanfaatan Ruang Teluk California untuk Petro Kimia
Perlukah Area Konservasi Untuk Anjing Laut?
Pelabuhan Umum di Teluk California
Perlunya ada ruang khusus untuk konservasi
Sudut Teluk California
Sepenggal Long Beach di California
Malcome, Sriyanti, Eko, aku, Mantose dan Prof James Pawcett


Factory Outlet (FO) di Tengah Gurun Nevada, Amerika Serikat

Kesempatan berkunjung ke kota Los Angeles yang kemudian dilanjutkan terus ke Las Vegas adalah hal yang sangat menyenangkan sekali. Perjalanan ke Las Vegas ditempuh pada malam hari, sehingga kami sama sekali tidak melihat pemandangan sesuatu apapun. Nah, ketika saat kembali dari Las Vegas dengan start dari Hotel Luxor, kami pilih waktunya tepat pukul 12 siang, agar kami dapat menikmati pemandangan di kanan kiri jalan yang kami lalui. Kami susuri  higway Amerika yang panjangnya beratus kilometer yang di kanan  kirinya hanya terdiri bukit dan hamparan gurun  Nevada. Tidak ada pepohonan yang berdiri di atasnya, yang ada hanya tanaman perdu khas gurun pasir. Jangan ditanya ada tidaknya pemukiman dan lainnya di gurun itu.   Karena panjangnya ruas highway dengan tanpa pemandangan lain kecuali gurun membuat suasana menjadi monoton, sehingga saya sampai ketiduran berkali-kali, apalagi semalaman tidak tidur sama sekali karena waktunya habis untuk menikmati gemerlapnya kota Las Vegas.
Jam tangan menunjukkan pukul 16 lebih, dan kami telah menempuh perjalanan hampir 400 km, dan kami baru ingat bahwa kami-kami belum makan siang. akibatnya kami terasa lapar. Lalu, kami minta ke sopir mobil carteran kami yang orang Korea itu, untuk mencari tempat makan. Tidak berapa lama sopir kami mengarahkan mobilnya ke luar highway, yang ternyata ke sebuah factory outlet. Outletnya berada di tengah gurun Nevada. Kami dibawa masuk  ke ‘ Tanger Outlets’. Tanger Outlets luasnya sekitar 50 ha dan bangunan ini adalah satu satunya bangunan yang berdiri disitu, tidak ada yang lain seperti pemukiman atau gedung lainnya.  FO ini berbentuk melingkar dimana di bagian sisinya terdiri dari beratus counter fashion, permata, farmasi, alat rumah tangga, dari merk-merk terkenal.  Yang lebih mengejutkan kami lagi, adalah harga-harganya yang sedang dilakukan diskon besar-besaran. Diskonnya sampai 50%. Saya beli sepatu merk terkenal hanya senilai Rp 250 rb saja, kalau dirupiahkan.
Kami kesulitan untuk mencari barang yang asli ‘Made in USA’. Berbagai barang  yang dijual, kebanyakan diproduksi oleh negara-negara berkembang, seperti dari negara Honduras, Mexico, Nicaragua, India, dan yang paling banyak tertulis tentu adalah ‘Made in China’.  Sekalipun barang tersebut adalah brand Amerika yang terkenal, misalnya seperti merk Nike. Ternyata, saat ini perdagangan China sudah begitu mengguritanya. Sampai ada seloroh ‘hanya bumi, langit, dan mahluknya yang ciptaan Tuhan, sedangkan lainnya adalah ciptaan China’. Para pebisnis berkilah dan ini untuk menjaga image merk, mereka menyebut bahwa mobil Chevrolet yang diproduksi di Korea selalu dibilang ini ‘Made in Chevrolet’, begitu juga sepatu Nike yang diproduksi di China, selalu dibilang ini ‘Made in Nike’, dan lainnya.
Sayangnya, saat ini mencari produk pakaian, sepatu, elektronik Made in Indonesia, cukup sulit, berbeda sekitar lima tahun ke belakang. Dahulu di toko elektronik ‘Radioshark’ di California, hampir separuh barang yang dijual disitu adalah Made in Indonesia. Tetapi kini sudah berbeda. Tidak ada lagi Made in Indonesia. Hal tersebut terjadi karena banyak investor yang mengalihkan pabriknya ke China, Malaysia, Thailand, Vietnam, India dan lainnya.  Betul juga apa yang disampaikan oleh Chaerul Tanjung dari Komite Ekonomi Nasional (KEN) di koran Kompas pada tanggal 21 Desember 2011, dimana ada 3 penyakit yang harus disembuhkan agar ekonomi Indonesia dapat tumbuh lebih tinggi lagi, yang saat ini pertumbuhan ekonominya sekitar 6,4%, dan dapat bersaing dengan negara lainnya, yaitu: inefisiensi birokrasi pemerintahan, pembangunan infrastruktur yang masih terbelakang, dan korupsi. Kini, bagaimana agar barang-barang Indonesia bisa terlihat lagi di Amerika ini. Itu merupakan tantangan bagi kita sekalian. Dan ada pelajaran lain yang dapat dipetik dari kunjungan ke outlet ini, yaitu bagaimana pemerintah setempat menyediakan infrastruktur yang diperlukan, kemudian pengusaha menyulap gurun tandus di Nevada yang terisolir menjadi sebuah tempat yang menarik dan setiap orang yang datang ingin membelanjakan uang yang dimilikinya. ‘Memang dalam setiap keterbatasan selalu memunculkan ide kreatif’. Dan pemerintah Nevada hanya mengijinkan ada tiga outlet sepanjang 500 km dari Las Vegas ke Los Angeles. Ini dilakukan demi menjamin kelangsungan usaha mereka.  Berbeda dengan di kita, dimana di ruas tol Jakarta-Bandung, sudah tak terhitung ada berapa outlet disana, mungkin tiap 20 km terdapat satu outlet. Wajar kalau usahanya menjadi ‘kembang kempis’.
Tak terasa kami habiskan waktu 2 jam di factory outlet ‘Tanger’ ini dan perjalanan untuk sampai di Los Angeles masih 2 jam lagi. Kami segera tinggalkan outlet ‘Tanger’ ini, kalaupun tidak, uang kami bisa ludes dan kami tidak bisa pulang ke Indonesia.
Highway Las Vegas - Los Angeles
Di kanan kiri Highway hanya gurun tandus seperti ini
Di tengah gurun Nevada ada Factory Outlet
Inilah outlet Tanger di gurun Nevada
Counter diantaranya
Alamat lengkap outlet Tanger