Kamis, 29 November 2012

Pasar Suvenir di Kota Hanoi

Salah satu yang dicari saat bepergian adalah suvenir khas tempat yang dikunjungi. Ketika kami pergi ke Hanoi-Vietnam, kami tak melewatkan untuk mampir ke pasar suvenir dong xuan. Pasar ini sebesar pasar Beringharjo di Malioboro Jogja. Ada dua lantai. Lantai pertama untuk segala macam cinderamata khas dan unik dan di lantai untuk untuk tekstil. Pasar cinderamata ini cukup apik dan bersih. Walaupun jarak antar deretan kios itu tidak lebar namun karena pengunjungnya tidak sepadat di Malioboro atau di pasar Beringharjo jadi pergerakan kami agak leluasa. Pasar suvenir ini tidak berfasilitas pendingin karena Hanoi termasuk katagori 4 musim dan sekarang lagi winter yang udaranya dingin sekitar 18 derajat C.
Begitu masuk pasar Dong Xuan ini, mata langsung nanar dan segala macam ingin segera dibeli. Selain design-nya unik kualitasnya-pun bagus. Para penjual souvinir yang semuanya terdiri kaum hawa, melayani kami dengan sangat ramah sambil tersenyum yang sekali-sekali berguyon walaupun hanya dengan bahasa isyarat atau menggunakan kalkulator mereka. Harganya juga tidak mahal, tsirt hanya 50 rb Dong (VND) atau Rp 25rb, tas dengan bordiran 3 gadis vietnam dengan kebaya ao dai nya hanya 70 rb Dong atau Rp 35 rb, kebaya ao d
ai nya sendiri seharga 200 rb Dong. Kalau anda pandai menawar tentu akan mendapatkan harga yang lumayan miring. Kami berbelanja suvenir disini terasa nyaman, aman, dan menyenangkan. Tidak heran kalau jumlah turis bule yang lalu lalang di Hanoi secara kasat mata terlihat lebih banyak daripada yang mengunjungi Jogja. Memang kalau untuk biaya makan di Hanoi lebih mahal. Seporsi nasi goreng seafood di jakarta Rp 15 rb disini sekitar  50 ribu Dong atau 3 kali lipatnya. Tapi untuk yang lain, contohnya untuk harga cinderamata, disini harganya mirip di Jogja. Dengan uang 1 juta Dong atau Rp 500 rb, saya sudah mendapatkan cinderamata seabreg, sampai menjadi bahan ledekan sesama kawan karena oleh-olehnya banyak sekali.

Sedapnya Lele Bakar di kota Hanoi

Kuliner Vietnam memiliki sejarah panjang terkait dengan negara penjajahnya yaitu Perancis dari tahun 1883 sampai dengan 1954. Perancis banyak menyusup kepada kebiasan cara makan dan jenis panganan bagi masyarakat Vietnam. Bertebaran di seantero kota tempat ngopi dan makan camilan yang hanya duduk di kursi kecil, menikmati makanan kecil bersama kawan-kawannya 3 – 4 orang lebih dan itu bisa menghabiskan waktu 2 jam lebih. Restoran-restoran-pun di Hanoi banyak yang tidak menyediakan nasi, kalaupun makan berat. Karena pada waktu makan yang bisa 2 jam itu, mereka tidak hanya pesan satu macam makanan tetapi mengikuti kaidah makanan pembuka dahulu, makanan utama baru kemudian makanan penutup.
Kamis sore di musim winter dengan suhu dingin 15 derajat C, kami mengunjung restoran terkenal yang menyediakan menu lele bakar yaitu Restoran lele bakar Thang Long atau Nha Hang Cha Ca Thang Long yang berada di jalan Duong Thanh no 31, Kota Hanoi. Restoran yang menempati sebuah ruko dengan kapasitas 50 orang, pada waktu kami datang sudah penuh oleh pengunjungnya. Kami harus menunggu beberapa saat. Ini memperlihatkan bahwa menu lele bakar di restoran ini adalah makanan favorit.
Lele bakar ini diserve dalam kuali kecil dengan kompornya yang menyala di atas meja di depan kita. Pertama yang dimasukkan adalah bumbu tumis kemudian pilet ikan patin (ikan patin = cat fish = jenis ikan lele-lelean), diaduk sampe panas kemudian ditambahkan seabreg sayuran daun adas (adas adalah nama sejenis sayuran di Jawa, di supermarket besar, namanya daun dill, harganya Rp 2500/ikat) diaduk pake sumpit sampe matang. Jadi ternyata bukan cat fish grill atau lele bakar tetapi sesungguhnya ini lele tumis. Setelah makanan itu panas, kami dengan mangkuk kecil yang sudah ada mie berasnya, menaruh ‘lele bakar’ itu ke dalam mangkuk dan kemudian ditambahkan sedikit daun bawang, seledri, irisan cabai merah, saus, dan kacang sesuai selera. Ohh betul ‘lele bakar’ ini sungguh lezat hanya saja bagi ukuran rasa di lidah orang Indonesia terasa kurang asin. Itu tak masalah tinggal tambahkan sedikit saus asin lagi. Orang Vietnam banyak makan sayuran. Kalau makan, sayurannya pasti habis. Dan lagi masakan Vietnam selalu berprinsip kepada keseimbangan 'yin dan yang', artinya harus seimbang antara karbohidrat, protein, dan berbagai vitamin mineral yang didapatkan dari sayura. Masakannya juga tidak pake garam tetapi pake minyak ikan untuk mendapatkan rasa asinnya.   Sehingga saya bisa mengatakan bahwa makanan Vietnam itu adalah makanan sehat.

Harganya dihitung per orang yaitu 6 US$ atau 12 ribu Dong (VND). Boleh juga nich buat inspirasi usaha di Jakarta. Dan di Jakarta belum ada menu lele bakar seperti ini.
Restoran lele bakar THANG LONG

Pilet ikan patin yang sudah matang dipanaskan
Tambahkan sayuran daun adas dan tumis















Rabu, 28 November 2012

Kerang Bakar di Kota Hanoi

Di Hanoi, ibu kota Vietnam, seafood kurang populer dibandingkan dengan makanan dari daging ayam, sapi, dan pork, itu terjadi karena letak Hanoi sekitar 150 km dari laut. Tentu makanan yang paling populer di Hanoi seperti halnya di daerah lainnya di Vietnam adalah pho (mie kuah). Mendapatkan pho sangat mudah, baik pada waktu sarapan di hotel kelas apapun, kedai di pinggir jalan atau di restoran besar sekalipun.
Ketika ksmi jalan-jalan di sore hari di sekitaran jalan Ngoc Khanh di distrik Ba Dist-Hanoi, kami tertarik dengan adanya warung-warung yang khusus menjual bakar kerang. Dan terlihat cukup banyak pembelinya. Kami rasa tidak ada salahnya untuk mencobanya, apalagi seafood itu makanan universal, siapapun dapat menyantapnya, berbeda dengan pork. Kerang yang disediakan banyak jenisnya. Ada kerang sempiring, dara, bulu, tanduk, gonggong, dan dari siput air tawar-pun ada seperti; bekicot kecil, tutut, dan siput sawah. Satu sajian yang diluar jenis kerang-kerangan adalah telur puyuh bakar. Namun telur puyuh ini adalah yang sudah menjadi janin di dalamnya. Sama dengan telor bebek di pilifina yang disebut balut.
Kami pesan hanya: kerang tanduk atau bahasa ilmiahnya murex sp (nama sajiannya: Oc gai nuang), kerang dara (sohuyet), dan telur puyuh (trung cut lon xot me). Kemudian pesanan kami dipanggang atau dibakar. Setelah itu disajikan apa adanya, hanya sambal sausnya yang ada 3 macam. Sambal cabe yang tentu pedas, sambal asem yang banyak jeruk limaunya, serta sambal tomat biasa. Tadinya kami belum tahu kalau telur puyuh bakar atau trung cut lon xot me itu didalamnya sudah terbentuk janin, ketika dibuka ternyata sudah lain bentuk dalamnya maka kami urung menyantapnya. Kami tidak tega! Kalau kerang dara atau sohuyet dan kerang tanduk atau oc gai nuang, itu habis kami santap. Rasa daging kerang tanduk agak kenyal-kenyal, persis seperti rasa daging kerang gonggong yang banyak didapat di kota Batam dan sekitarnya.
Memang terasa sangat pas, makan camilan yang pedes-pedes seperti ini di cuaca winter kota Hanoi yang suhunya 15 derajat C. Lebih hangat lagi ketika bon tagihannya keluar. Untuk 3 porsi makanan tadi ditambah 3 gelas jus, kami ditagih 312 ribu VND/Dong atau setara Rp 156 rb. Satu US$ = 21 rb VND. VND atau dong adalah mata uang negara Vietnam. Memang menurut Pak Marbun yang bertugas sebagai economic affair di Kedubes RI di Vietnam: harga makanan di Hanoi adalah 3 kali lipat dengan harga makanan di Jakarta. Wah, kalau begitu, kita hidup di Indonesia lebih beruntung dong karena serba murah walaupun kasihan sama pemerintah kita yang keteteran untuk membayar subsidinya.
Kedai Kerang Bakar di Hanoi
Kerang Tanduk atau oc gai nuang seharga 70 rb VND/porsi
Telur burung puyuh yang sudah berjanin trung cut lon xot me 
Menikmati camilan adalah gaya hidup masyarakat Vietnam

Selasa, 27 November 2012

Pengalaman Perjalanan Dari Jakarta ke Hanoi-Vietnam

Ketika mendadak disuruh ke Hanoi besok siang, ada perasan was-was, apakah tersedia tiket penerbangannya? Ternyata, setelah saya hubungi agen tiket langganan, jawabnya: untuk besok tanggal 27 November 2012 masih tersedia banyak seat dari berbagai maskapai penerbagan. Kata petugas agennya: perjalanan ke Vietnam bukan tujuan favorit masyarakat kita, berbeda dengan ke Singapur, Kuala Lumpur, Bangkok, Hong Kong, dan China. Karena Vietnam bukan tempat berbelanja. Orang kita, kan sukanya belanja.
Tanggal 27 Nov pk 13 tepat Booing 777-200ER milik maskapai Thai air lines, yang membawa kami bertiga segera lepas landas menuju Bangkok. Pesawatnya masih kelihatan baru dan sarung kursinya yang khas Thai yaitu berwarna warni cerah, ada yang merah, kuning, dan ungu, membuat mata jadi segar. Saya dapat tempat duduk di 52D, berada di lorong/isle dan ada di bagian belakang pesawat. Walaupun kelas ekonomi, kursinya lumayan lega dan kaki diberi foot rest sehingga cukup nyaman.
Penumpang tujuan Bangkok lumayan banyak, sekitar 3/4 dari kapasitas penuh pesawat. Sebagian isinya adalah bule-bule yang melanjutkan perjalanan wisata dari Indonesia ke Thailand. Dan sebagian lagi warga Thailand. Orang kita boleh dibilang jarang, padahal penerbangan ini adalah juga ke Bangkok. Mungkin mereka lebih memilih maskapai Garuda.
Pramugarinya cantik-cantik khas Thailand namun pramugaranya jauh dari cakep bahkan bisa dibilang 'culun'.
13.30 setelah selesai proses tinggal landas, kami disuguhi segelas minuman dan sebungkus kecil peanut roasted. Kalau di Garuda yang melayani penerbangan luar negeri, yang pertama diberikan kepada penumpang afalah handuk kecil hangat. Dan memang itu yang dibutuhkan.
Pk 14.05 Ohh ternyata tisu hangat-nya baru dikasih sekarang. Mestinya tadi sebelum kacang dan minuman keluar.
14.15 keluar menu utama makan siang. Pilihan-nya ada dua, ada nasi kari ayam atau pasta daging sapi. Ohh saya maniak nasi, jadi pasti yang dipilih adalah nasi kari ayam. Minumnya cukup teh hangat saja. Padahal wine-pun disediakan disini. Soal rasanya? Kalau makanan internasional mesti kurang bumbu dan kurang rasa. Itu dibuat demi bisa masuk ke bermacam lidah. Tapi lumayan-lah karena pas waktunya dengan jam makan siang.
15.35 Setelah selesai acara makan siang, kini saatnya untuk tidur sejenak melepas penat. Saya pasti mudah tidur asal dikuping saya dibunyikan musik jazz. Saya pilih album The New York Session dari Bill Allred dan benar saja, belum juga lagu Lullaby of Broadway selesai, saya sudah lelap.
16.00 bangun
16.15 Tidak terasa pesawat sudah akan mendarat di bandara Suvarnabhumi Bangkok dan lama perjalanan dari Jakarta sampai Bangkok ditempuh 3 jam. Cukup lama juga.
16.21 Pesawat kami mendarat di Bangkok
Kami segera bergegas jalan dari terminal A ke terminal C yang lumayan jauhnya. Penerbangan kami selanjutnya adalah dari Bangkok ke Hanoi-Vietnam yang menggunakan gate C9 dan jadwalnya 16.55, jadi mesti lari-lari. kami tahunya berangkat dari gate C9 sesudah bertanya berkali-kali kepada petugas yang berbeda. dan ternyata yang bingung bukan kami saja, orang-orang bule juga banyak yang kebingungan. ini salah satu kekurangan dari bandara Suvarnabhumi di Bangkok. kelebihannya gate berapapun masih berada di dalam gedung yang sama. berbeda dengan bandara Soekarno-Hatta, dimana kalau mau pindah maskapai lain dan maskapai itu berada di terminal yang berbeda, kita mesti keluar bandara dan menggunakan bus kecil yang tidak jelas tandanya seta tidak berjadwal. Sesampai di gate C9, kami pindah pesawat yang kini menggunakan Thai Star Alliance, Thai juga tetapi ada embel-embelnya Star Alliance. Ke Hanoi, kami naik pesawat tua jenis Airbus A 330, bungkus kursinya saja, walaupun berwarna warni sama dengan pesawat sebelumnya tetapi yang ini kelihatan sudah lapuk. Penumpangnya, beberapa orang bule yang sudah tua-tua. Mungkin mereka-mereka ini dari Perancis yang mempunyai kenangan dengan Vietnam yang dulunya merupakan jajahan Perancis dari tahun 1883-1954.  Yang membuat saya sedikit suprise adalah banyaknya penumpang perempuan muda asal Vietnam (Utara), mungkin lebih separuh dari jumlah semua penumpang pesawat ini. Saya duga mereka adalah pekerja lintas negara, dimana kita tahu bahwa Thailand itu adalah salah satu negara yang sedang bagus dalam pertumbuhan ekonominya khususnya untuk kawasan Asean. Tidak heran kalau negara Thailand ini banyak dibanjiri investasi dari luar. Dalam industri otomotive saja, hampir dipastikan merk-merk kendaraan apapun, merakit mobilnya untuk pasaran Asia, dilakukan di Thaliland. Merk Honda, Toyota, Ford, VW, Kawasaki dan lainnya yang banyak berseliweran di Jakarta, itu dibuatnya di Thailand. Belum lagi industri pariwisatanya yang maju pesat.
Pk 17.10 kami sudah di dalam pesawat Thai Star Alliance, namun entah kenapa proses boarding lama sekali, dan pk 18.05 pesawat baru lepas landas menuju Hanoi.
Pk 18.10 kami langsung dapat makan malam dalam kotak kardus yang isinya hanya mie goreng yang dingin dan sekerat kue tart. Daripada engga makan, saya hajar saja sampe tuntas, karena memang engga ada pilihan lain. Pada waktu acara makan malam, ada kejadian yang kurang baik. Oma bule waktu disodorin secangkir teh panas oleh pramugari, mungkin karena nampannya kepanjangan jadi kurang stabil, tumpahlah teh tersebut mengguyur paha oma bule yang sudah tua itu. Untungnya, pramugarinya cekatan untuk menanganinya, maka oma bule menerima kejadian itu. apalagi dari kepala penyelianya memberikan sesuatu sebagai ungkapan maaf. Masih pas dengan slogan maskapai ini yaitu: ‘Thai smooth as silk’.
Pk 19.25 Kami mendarat di Hanoi. Atau perjalanan Bangkok – Hanoi ditempuh dalam 1 jam dan 15 menit. Begitu mendarat di hanoi dan pesawat-pun masih berjalan kencang, banyak penumpang lokal yang sudah beranjak dari kursinya sambil berkata-kata dengan suara keras bahkan gaduh kepada teman-temannya. Sampai sampai pramugarinya menghampiri orang-orang tersebut agar duduk kembali. Pengalaman aneh yang sebelumnya tidak pernah kutemui.
Melewati konter imigrasi, kami hanya menyodorkan paspor saja, tidak ada form declare barang bawaan padahal di negara mana-pun biasanya diwajibkan diisi untuk control pihak kepabeanan. Bagi kami sih oke oke saja karena tidak itu artinya kami tidak perlu repot-repot.
kami segera keluar dari bandara Hanoi cukup megah dengan rangka baja seperti halnya terminal 3 bandara Soekarno-Hattayang ' dan diluar sudah banyak taxi menunggu penumpang walaupun penumpangnya tidak seramai bandara Soekarno-Hatta. Taxinya sama dengan di Jakarta yang kebanyakan jenis Vios dari Toyota. Cuma saja di Vietnam ini menganut stir kiri seperti halnya di Amerika.
Seperti itulah pengalaman perjalanan kami dari Jakarta ke Hanoi dengan tiket seharga 312 US$.
Saran dari tulisan ini adalah: kenapa Garuda tidak membuka jalur ke Vietnam? Padahal penumpang pada hari Selasa saja lumayan bagus jumlahnya.

Thai air lines
Warna warni kursi di pesawat Thai
Pramugarinya cantik khas Thailand
Kami berda di bagian belakang pesawat
Kompartemen cukup lega
Sajian utama Jakarta-Bangkok
Bangkok-Hanoi, pesawatnya sudah uzur
Bandara Hanoi

Minggu, 11 November 2012

Snorkeling dan Diving di Pulau Putri-Kepulauan Seribu

Banyak program wisata yang ditawarkan ke pengunjung pulau Putri, tentu ada yang gratis dan ada yang mesti bayar. Bagi yang suka nyelam atau diving, yang suka snorkeling, naik kano, naik banana boat, ada tersedia disini. Tarifnya beda-beda, dari naik kano yang bayar Rp 50 ribu /orang/30 menit sampe Rp 500 rb/orang untuk diving/nyelam. Kalau untuk nyelam, dive site-nya agak jauh dan berada dekat pulau Matahari jadi harus naik boat lagi. Saya yang tidak bisa diving, karena itu saya pilih naik  glass bottom boat saja untuk bisa melihat dunia bawah air di sekitaran pulau Putri. Program ini gratis lagi. Perahu berkapasitas 20 orang dengan interior dipasangi kaca jendela dan dengan jendela kaca ini kita dapat melihat isi laut sekitaran pulau Putri. Perahu ini berjalan menyusuri tebing karang di sekitar pulau Putri  selama 30 menit. Memang pemandangan karang  tidak seindah yang ada di dive site pulau Matahari malahan terlihat sebagian karangnya telah rusak, baik karena akibat pemutihan / corral bleching ataupun karena ulah manusia. Namun demikian dengan menggunakan perahu glass bottom ini setidaknya kita telah mengetahui bagaimana keadaan ekosistem terumbu karang di sekitaran pulau Putri-Kepulauan Seribu.
Perahu bottom glass dimana lewat jendela kaca, kami dapat melihat karang
Kondisi yang lumayan bagus
Karang yang rusak
Sebagian besar memang kondisinya sudah rusak
Yang masih relatif bagus harus segera dirawat

Sabtu, 10 November 2012

Kenapa Hiu Paus ( Rhincodon typus) Harus Dilindungi?


Ikan hiu paus, ada juga yang menyebut hiu totol (Rhincodon typus) adalah jenis ikan laut yang berukuran besar. Hiu paus dewasa, panjangnya bisa mencapai 21 meter dengan bobot sekitar 20 ton, dan dapat hidup sampai umur 60 – 100 tahun. Umur dewasa dimulai sekitar 25 tahun. ikan hiu paus karena memiliki ukuran yang besar sehingga pergerakannya termasuk yang lamban dan itu menyebabkan ikan ini mudah tertangkap nelayan secara tidak sengaja bahkan terdampar di pantai. Selain itu, ikan ini memiliki kemampuan reproduksi yang rendah, lambatnya laju pertumbuhan dan lamanya waktu mencapai usia dewasa. Ikan hiu paus adalah ikan migrasi yang mana ikan hiu paus yang ada di perairan Australia melalukan migrasi sampai ke NTT dan ikan hiu paus yang berada di filipina melakukan migrasi sampai ke wilayah perairan Sulawesi. Dan dua negara itu yaitu Australia dan Filipina telah melindungi secara penuh ikan hiu paus ini, selain enam negara lainnya, yaitu: Amerika, Meksiko, India, Thailand, Maldives, dan Taiwan. Ikan hiu paus ini memang masuk dalam Appendix ll CITES dan berdasarkan status kelangkaan IUCN Red List Treatened Spesies 2012 termasuk Vulnerable (rawan punah).
Kalau ikan hiu paus ini punah, maka ada dua hal penting dalam lingkungan yang akan terpengaruhi, yaitu: (1). Terganggunya sistem rantai makanan di laut, dan (2). Menurunkan keaneka ragaman hayati. Kedua hal tersebut tentunya akan berpengaruh banyak terhadap keseimbangan alam, dan ahirnya akan berdampak kepada kelanjutan alam tempat kita tinggal ini.
Hiu paus atau hiu totol (Rhincodon typus)
Hiu paus di Nabire (Foto by Cipto Gunawan)
'Whale Watching Tour' hiu paus di Nabire (foto by Cipto Gunawan)

Jumat, 09 November 2012

Sunset Cruise di Pulau Putri-Kepulauan Seribu

Apabila kita nginep di Pulau Putri Resort di Kep. Seribu, pada jam 17.15 disediakan perahu kayu yang akan membawa kita melihat sunset dari sekitar pulau-pulau kecil di gugusan pulau yang ada di sekitaran Pulau Putri.dan pada Jumat sore itu yang tertarik untuk ikut tur sunset ini hanya beberapa orang saja, itu-pun sebagian besar terdiri orang asing. Orang kita umumnya lebih tertarik kepada wisata belanja daripada wisata alam seperti ini.
Tetapi ketika kita di atas perahu yang berjalan diantara gugusan pulau kecil dalam sinar temaram sore, apalagi mendekati saat sunset ada, suasananya amazing, begitu romantis dan membawa pikiran kita kepada begitu hebatnya negeri kita ini. Kami-pun yang menyaksikan matahari terbenam ini saling diam, saking kagumnya akan keindahan warna dan suasana yang berbeda. Kami sangat terkesan.
Sunset cruise ini dilakukan setiap sore dengan menggunakan perahu yang berjalan menyelusuri pulau-pulau kecil. Itulah kenapa wisata ini dinamakan sunset cruise tour. Namun sayang, perahu yang digunakan adalah perahu biasa dimana peserta tur ini boleh berdiri atau mau duduk di lantai kayu perahu yang masih kotor dari sisa-sisa membawa logistik hotel juga boleh. Mungkin kalau dikemas perahunya dengan menambahkan kursi dan meja dan pesertanya bisa pesan minuman atau makanan ringan. Jadi menyaksikan sunset bisa sambil minum cola atau kopi. Tentu suasananya akan lain lagi dan lebih eksklusif. Contoh menyaksikan sunset sambil minum-minum adalah di Rockbar-Uluwatu atau di Tanah Lot yang ke duanya berada di Bali.
Paket sunset cruise ini berahir dengan kembalinya perahu kami ke dermaga pulau Putri sekitar pukul 18.30 seiring dengan sudah terbenamnya matahari.
Dengan naik perahu kayu, kami siap mengikutu sunset cruise tour

Perlahan pulau Putri makin menjauh
Aku duduk di atap perahu, agar dapat leluasa menikmati sunset
Kehadiran sunset semakin dekat
Sunset diantara dua pulau kecil
Sunset di atas pulau kecil terus tenggelam diantara awan
Kami kembali ke hotel


Kamis, 08 November 2012

Berwisata ke Kepulauan Seribu

Ketika ada teman yang mengajak kami untuk pergi wisata ke Kepulauan Seribu, tanpa tedeng aling-lang langsung kami setuju. Karena memang sudah lama saya tidak berkunjung ke Kabupaten Kepulauan Seribu yang berada di DKI Jakarta. Terahir saya datang di Kepulauan Seribu sekitar pertengahan tahun 2007. Alangkah senangnya ketika ada yang menawari untuk pergi ke Kepulauan Seribu yang sebenarnya pulau-pulau kecil-nya berjumlah 108 pulau bukan seribu.
Jam 8 pagi kami harus sudah berada di Marina Ancol dermaga 9, sesuai jadwal keberangkatan kapal yang akan ke Pulau Putri. Pulau Putri adalah salah satu pulau wisata di Kepulauan Seribu. Sebagaimana diketahui dari 108 pulau kecil di Kepulauan Seribu, tidak semuanya dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Ada yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Seribu, ada yang dijadikan wilayah konservasi, ada yang dijadikan tempat tinggal pribadi dan lain-lainnya. Pk 08.30 kapal kami yang berpenumpang 48 orang dari kapasitas 60 penumpang segera meninggalkan dermaga Marina Ancol. Kemudian tak berapa lama, terhiruplah udara laut yang segar, rasanya plong paru-paru ini. Bagaimana tidak? Setiap saat kami yang tinggal di Jakarta selalu mengisap udara polusi. Hari ini diibaratkan sebagai acara menguras udara kotor yang ada di dalam sistem pernafasan tubuh kami. Selewat satu km dari pantai dimana air laut-pun sudah mulai terlihat jernih, kami menyaksikan banyak perahu nelayan sedang giat menangkap ikan. Mereka umumnya menggunakan perahu ukuran kecil dan menggunakan alat tangkap berupa jaring insang. Suatu alat tangkapyang masuk katagori sederhana. Namun ada juga alat tangkap bagan yang didudukan di atas perahu yang agak besaran. Jadi tidak menggunakan bambu yang menancap di dasar laut, seperti bagan jaman dulu. Yang ini lebih mobile dan diperlukan biaya besar untuk membuatnya. Lampu-lampunya ada disana-sini yang dipasang dalam jumlah yang banyak sekali. Alat tangkap ikan ini beroperasi pada malam hari dengan cara menyalakan lampu-lampunya, sehingga ikan phototaktis positif atau yang menyenangi sinar, tentu akan berkerumun mendekat dan tinggal ditangkap oleh nelayan bagan-nya tersebut. Kami juga bertemu dengan kapal-kapal ukuran besar yang melintas dari dan ke pelabuhan Tanjung Priok. Tentu juga kami bertemu dengan pulau-pulau kecil nan indah-indah dari  berbagai ukuran.
Perjalanan ke Pulau Putri dimana letak pulau ini hampir berada paling utara atau paling jauh dari serangkaian pulau di Kepulauan Seribu ditempuh dalam 1,5 jam dengan jarak 70 km. Kapal kami menggunakan 4 mesin tempel yang berdaya masing-masing 250 pk. Perjalanan 1,5 jam itu jadinya tak terasa karena kami disuguhi udara yang segar dan pemandangan yang menawan. Jam 10 kami tiba di dermaka Pulau Putri dan disambut oleh tari Pendet dari Bali. Lho? Katanya pemandu wisata kami; itu karena pemilik resort Pulau Putri ini adalah orang bali. Ohh begitu toch.
Tarif wisata ke pulau Putri ini kalau week day adalah Rp 800 rb per orang, tapi kalau nginep 1,5 juta/orang/malam.
Dermaga Marina Ancol tempat keberangkatan kapal ke Kepulauan Seribu
Pulau Putri tujuan kami, berjarak 70 km dan ditempuh selama 1,5 jam
Kapal kami yang berkapasitas 60 penumpang segera melaju ke tujuan
Bertemu banyak perahu nelayan yang sederhana
Melintasi beberapa pulau kecil
Berpapasan dengan kapal tangker
Bagan yang kami lihat
Sudut ujung pulau Putri yang mulai tampak
Setelah 1,5 jam perjalanan, kami sampai di pulau Putri