Ketika mendadak disuruh ke
Hanoi besok siang, ada perasan was-was, apakah tersedia tiket penerbangannya?
Ternyata, setelah saya hubungi agen tiket langganan, jawabnya: untuk besok
tanggal 27 November 2012 masih tersedia banyak seat dari berbagai maskapai
penerbagan. Kata petugas agennya: perjalanan ke Vietnam bukan tujuan favorit
masyarakat kita, berbeda dengan ke Singapur, Kuala Lumpur, Bangkok, Hong Kong,
dan China. Karena Vietnam bukan tempat berbelanja. Orang kita, kan sukanya
belanja.
Tanggal 27 Nov pk 13 tepat
Booing 777-200ER milik maskapai Thai air lines, yang membawa kami bertiga segera lepas
landas menuju Bangkok. Pesawatnya masih kelihatan baru dan sarung kursinya yang
khas Thai yaitu berwarna warni cerah, ada yang merah, kuning, dan ungu, membuat
mata jadi segar. Saya dapat tempat duduk di 52D, berada di lorong/isle dan ada
di bagian belakang pesawat. Walaupun kelas ekonomi, kursinya lumayan lega dan
kaki diberi foot rest sehingga cukup nyaman.
Penumpang tujuan Bangkok
lumayan banyak, sekitar 3/4 dari kapasitas penuh pesawat. Sebagian isinya adalah
bule-bule yang melanjutkan perjalanan wisata dari Indonesia ke Thailand. Dan
sebagian lagi warga Thailand. Orang kita boleh dibilang jarang, padahal
penerbangan ini adalah juga ke Bangkok. Mungkin mereka lebih memilih maskapai
Garuda.
Pramugarinya cantik-cantik
khas Thailand namun pramugaranya jauh dari cakep bahkan bisa dibilang 'culun'.
13.30 setelah selesai proses
tinggal landas, kami disuguhi segelas minuman dan sebungkus kecil peanut
roasted. Kalau di Garuda yang melayani penerbangan luar negeri, yang pertama
diberikan kepada penumpang afalah handuk kecil hangat. Dan memang itu yang
dibutuhkan.
Pk 14.05 Ohh ternyata tisu
hangat-nya baru dikasih sekarang. Mestinya tadi sebelum kacang dan minuman
keluar.
14.15 keluar menu utama makan
siang. Pilihan-nya ada dua, ada nasi kari ayam atau pasta daging sapi. Ohh saya
maniak nasi, jadi pasti yang dipilih adalah nasi kari ayam. Minumnya cukup teh
hangat saja. Padahal wine-pun disediakan disini. Soal rasanya? Kalau makanan
internasional mesti kurang bumbu dan kurang rasa. Itu dibuat demi bisa masuk ke
bermacam lidah. Tapi lumayan-lah karena pas waktunya dengan jam makan siang.
15.35 Setelah selesai acara
makan siang, kini saatnya untuk tidur sejenak melepas penat. Saya pasti mudah
tidur asal dikuping saya dibunyikan musik jazz. Saya pilih album The New York
Session dari Bill Allred dan benar saja, belum juga lagu Lullaby of Broadway
selesai, saya sudah lelap.
16.00 bangun
16.15 Tidak terasa pesawat
sudah akan mendarat di bandara Suvarnabhumi Bangkok dan lama perjalanan dari
Jakarta sampai Bangkok ditempuh 3 jam. Cukup lama juga.
16.21 Pesawat kami mendarat
di Bangkok
Kami segera bergegas jalan
dari terminal A ke terminal C yang lumayan jauhnya. Penerbangan kami
selanjutnya adalah dari Bangkok ke Hanoi-Vietnam yang menggunakan gate C9 dan
jadwalnya 16.55, jadi mesti lari-lari. kami tahunya berangkat dari gate C9 sesudah bertanya berkali-kali kepada petugas yang berbeda. dan ternyata yang bingung bukan kami saja, orang-orang bule juga banyak yang kebingungan. ini salah satu kekurangan dari bandara Suvarnabhumi di Bangkok. kelebihannya gate berapapun masih berada di dalam gedung yang sama. berbeda dengan bandara Soekarno-Hatta, dimana kalau mau pindah maskapai lain dan maskapai itu berada di terminal yang berbeda, kita mesti keluar bandara dan menggunakan bus kecil yang tidak jelas tandanya seta tidak berjadwal. Sesampai di gate C9, kami pindah pesawat
yang kini menggunakan Thai Star Alliance, Thai juga tetapi ada embel-embelnya
Star Alliance. Ke Hanoi, kami naik pesawat tua jenis Airbus A 330, bungkus
kursinya saja, walaupun berwarna warni sama dengan pesawat sebelumnya tetapi
yang ini kelihatan sudah lapuk. Penumpangnya, beberapa orang bule yang sudah
tua-tua. Mungkin mereka-mereka ini dari Perancis yang mempunyai kenangan dengan
Vietnam yang dulunya merupakan jajahan Perancis dari tahun 1883-1954. Yang membuat saya sedikit suprise adalah
banyaknya penumpang perempuan muda asal Vietnam (Utara), mungkin lebih separuh
dari jumlah semua penumpang pesawat ini. Saya duga mereka adalah pekerja
lintas negara, dimana kita tahu bahwa Thailand itu adalah salah satu negara
yang sedang bagus dalam pertumbuhan ekonominya khususnya untuk kawasan Asean.
Tidak heran kalau negara Thailand ini banyak dibanjiri investasi dari luar.
Dalam industri otomotive saja, hampir dipastikan merk-merk kendaraan apapun,
merakit mobilnya untuk pasaran Asia, dilakukan di Thaliland. Merk Honda,
Toyota, Ford, VW, Kawasaki dan lainnya yang banyak berseliweran di Jakarta, itu
dibuatnya di Thailand. Belum lagi industri pariwisatanya yang maju pesat.
Pk 17.10 kami sudah di dalam
pesawat Thai Star Alliance, namun entah kenapa proses boarding lama sekali, dan
pk 18.05 pesawat baru lepas landas menuju Hanoi.
Pk 18.10 kami langsung dapat
makan malam dalam kotak kardus yang isinya hanya mie goreng yang dingin dan
sekerat kue tart. Daripada engga makan, saya hajar saja sampe tuntas, karena
memang engga ada pilihan lain. Pada waktu acara makan malam, ada kejadian yang
kurang baik. Oma bule waktu disodorin secangkir teh panas oleh pramugari,
mungkin karena nampannya kepanjangan jadi kurang stabil, tumpahlah teh tersebut
mengguyur paha oma bule yang sudah tua itu. Untungnya, pramugarinya cekatan untuk menanganinya, maka oma bule menerima kejadian itu. apalagi dari kepala penyelianya memberikan sesuatu sebagai ungkapan maaf. Masih pas dengan slogan maskapai ini
yaitu: ‘Thai smooth as silk’.
Pk 19.25 Kami mendarat di
Hanoi. Atau perjalanan Bangkok – Hanoi ditempuh dalam 1 jam dan 15 menit.
Begitu mendarat di hanoi dan pesawat-pun masih berjalan kencang, banyak
penumpang lokal yang sudah beranjak dari kursinya sambil berkata-kata dengan
suara keras bahkan gaduh kepada teman-temannya. Sampai sampai pramugarinya
menghampiri orang-orang tersebut agar duduk kembali. Pengalaman aneh yang
sebelumnya tidak pernah kutemui.
Melewati konter imigrasi,
kami hanya menyodorkan paspor saja, tidak ada form declare barang bawaan padahal
di negara mana-pun biasanya diwajibkan diisi untuk control pihak kepabeanan.
Bagi kami sih oke oke saja karena tidak itu artinya kami tidak perlu repot-repot.
kami segera keluar dari bandara Hanoi cukup megah dengan rangka baja seperti halnya terminal 3 bandara Soekarno-Hattayang ' dan diluar sudah
banyak taxi menunggu penumpang walaupun penumpangnya tidak seramai bandara Soekarno-Hatta. Taxinya sama dengan di Jakarta yang kebanyakan
jenis Vios dari Toyota. Cuma saja di Vietnam ini menganut stir kiri seperti
halnya di Amerika.
Seperti itulah pengalaman perjalanan kami dari Jakarta ke Hanoi dengan tiket seharga 312 US$.
Saran dari tulisan ini
adalah: kenapa Garuda tidak membuka jalur ke Vietnam? Padahal penumpang pada
hari Selasa saja lumayan bagus jumlahnya.
|
Thai air lines |
|
Warna warni kursi di pesawat Thai |
|
Pramugarinya cantik khas Thailand |
|
Kami berda di bagian belakang pesawat |
|
Kompartemen cukup lega |
|
Sajian utama Jakarta-Bangkok |
|
Bangkok-Hanoi, pesawatnya sudah uzur |
|
Bandara Hanoi |