Senin, 24 Desember 2012

Ah Poong, Pasar Apung @ Sentul City-Bogor. Tempat Makan Enak

Satu lagi pusat kuliner telah dibuka di Sentul City-Bogor. Tepatnya di belakang mall Belanova. Dan yang ini sangat khas yaitu mengambil tempat di pinggir sungai jadi selain tempatnya yang luas juga nuansa sungai yang suara alirannya terdengar kuat dan tentu udara yang segar karena benar benar berada di ruang terbuka dengan pemandangan perbukitan. Nama tempat makan ini adalah 'Ah Poong', pasar apung @Sentul City. Walaupun sama-sama berada di pinggir sungai, seperti restoran yang ada di Sungai Mahakam-Samarinda atau restoran yang ada di pinggir sungai Kapuas di Pontianak atau sekalipun yang ada di pinggir sungai Mekong di kota Cantho-Vietnam, tempat makan ini di design dengan penuh kemewahan dan modern serta sangat menjaga kebersihannya. Dan satu lagi yang yang penting, menuju lokasi ini bebas dari kemacetan. Sangat indah dan mengenangkan.
Menu makanan yang disajikan sangat beragam, berbagai menu daerah seperi nasi liwet, nasi ungu, nasi bakar, nasi timbel, nasi goreng, rawon, sop buntut, berbagai masakan mie, berbagai macam minuman seperti; teh tarik, wedang ronde dan lainnya, semua ada tersedia disini. Pilih meja pas pinggir sungai untuk menyantapnya, wah sensasional sekali, tidak akan didapatkan suasana seperti ini di lain tempat, apalagi di kota-kota besar.
Soal harganya? Harga kaki lima yang sangat umum.
Ayo ke Bogor 




Senin, 03 Desember 2012

Wisata di Kota Hanoi

Walaupun tempat wisata di kota Hanoi Vietnam tidak sebanyak di Jakarta namun city tour disini cukup unik dan menyenangkan. Turis asing banyak didominasi oleh turis bule sedangkan turis dari Jepang, Korea, dan China bisa dikatakan tidak banyak mungkin itu terjadi karena faktor sejarah hubungan antar negara di masa lalu. Para turis ini banyak berkumpul di sekitaran kota tua di pinggir danau Hoan Kiem. Tempat wisata favorit mereka adalah mouseleum Ho Chi Minh, pagoda tua, museum sejarah, pasar suvenir Dong Xuan, dan tentu budaya kehidupan masyarakat Hanoi itu sendiri.
Mengunjungi mouseleum Ho Chi Minh dan museum sejarah tidak dipungut bayaran yang buka setiap hari kecuali hari Jumat dari pagi sampai sore. Masuk komplek mouseleum yang merupakan bangunan beton berasitektur Eropa yang berdiri kukuh dengan lapangannya yang luas, membangkitkan perasaan imaji kuat terhadap tokoh Ho Chi Minh sebagai bapak Vietnam. Begitu juga ketika masuk komplek museum sejarah atau ada juga yang menyebut museum perang, dengan melihat banyaknya alat perang seperti pesawat atau tank tempur milik Amerika yang dapat ditembak jatuh atau disergap dalam suatu pertempuran pada tahun 1970-an, memperlihatkan kekuatan rakyat Vietnam. Walaupun Amerika selalu mengatakan bahwa mereka tidak pernah kalah dalam setiap pertempuran (the battle) tetapi kalah dalam ‘perang’ (the war).
Selain dari tempat-tempat wisata tadi, kota Hanoi cukup menyenangkan untuk dikunjungi karena kebersihan kota yang terjaga, tidak pengemis, pedestrian yang lebar, taman-taman yang hijau dan rapih, banyak bangunan tua yang masih berfungsi dengan baik, dan keamanan yang baik. Di kota Hanoi yang luasnya 330 km2 atau separuhnya luas daratan Jakarta dengan jumlah penduduknya 6,5 juta jiwa tidak macet seperti Jakarta atau Bangkok karena jumlah mobil masih sedikit, dan masyarakat lebih senang menggunakan motor untuk aktifitasnya.
Danau Hoan Kiem di Hanoi
Turis di Hanoi

Motor dimana mana di Hanoi
Kehidupan di Hanoi
Pusat kota Hanoi
Banyak taman yang hijau di Hanoi
Kebiasaan ngopi di pinggir jalan
Ada mesjid di Hanoi

Bangunan tua yang masih terjaga




Lapangan mouseleum Ho Chi Minh

museum sejarah
Sisa perang Vietnam

Kamis, 29 November 2012

Pasar Suvenir di Kota Hanoi

Salah satu yang dicari saat bepergian adalah suvenir khas tempat yang dikunjungi. Ketika kami pergi ke Hanoi-Vietnam, kami tak melewatkan untuk mampir ke pasar suvenir dong xuan. Pasar ini sebesar pasar Beringharjo di Malioboro Jogja. Ada dua lantai. Lantai pertama untuk segala macam cinderamata khas dan unik dan di lantai untuk untuk tekstil. Pasar cinderamata ini cukup apik dan bersih. Walaupun jarak antar deretan kios itu tidak lebar namun karena pengunjungnya tidak sepadat di Malioboro atau di pasar Beringharjo jadi pergerakan kami agak leluasa. Pasar suvenir ini tidak berfasilitas pendingin karena Hanoi termasuk katagori 4 musim dan sekarang lagi winter yang udaranya dingin sekitar 18 derajat C.
Begitu masuk pasar Dong Xuan ini, mata langsung nanar dan segala macam ingin segera dibeli. Selain design-nya unik kualitasnya-pun bagus. Para penjual souvinir yang semuanya terdiri kaum hawa, melayani kami dengan sangat ramah sambil tersenyum yang sekali-sekali berguyon walaupun hanya dengan bahasa isyarat atau menggunakan kalkulator mereka. Harganya juga tidak mahal, tsirt hanya 50 rb Dong (VND) atau Rp 25rb, tas dengan bordiran 3 gadis vietnam dengan kebaya ao dai nya hanya 70 rb Dong atau Rp 35 rb, kebaya ao d
ai nya sendiri seharga 200 rb Dong. Kalau anda pandai menawar tentu akan mendapatkan harga yang lumayan miring. Kami berbelanja suvenir disini terasa nyaman, aman, dan menyenangkan. Tidak heran kalau jumlah turis bule yang lalu lalang di Hanoi secara kasat mata terlihat lebih banyak daripada yang mengunjungi Jogja. Memang kalau untuk biaya makan di Hanoi lebih mahal. Seporsi nasi goreng seafood di jakarta Rp 15 rb disini sekitar  50 ribu Dong atau 3 kali lipatnya. Tapi untuk yang lain, contohnya untuk harga cinderamata, disini harganya mirip di Jogja. Dengan uang 1 juta Dong atau Rp 500 rb, saya sudah mendapatkan cinderamata seabreg, sampai menjadi bahan ledekan sesama kawan karena oleh-olehnya banyak sekali.

Sedapnya Lele Bakar di kota Hanoi

Kuliner Vietnam memiliki sejarah panjang terkait dengan negara penjajahnya yaitu Perancis dari tahun 1883 sampai dengan 1954. Perancis banyak menyusup kepada kebiasan cara makan dan jenis panganan bagi masyarakat Vietnam. Bertebaran di seantero kota tempat ngopi dan makan camilan yang hanya duduk di kursi kecil, menikmati makanan kecil bersama kawan-kawannya 3 – 4 orang lebih dan itu bisa menghabiskan waktu 2 jam lebih. Restoran-restoran-pun di Hanoi banyak yang tidak menyediakan nasi, kalaupun makan berat. Karena pada waktu makan yang bisa 2 jam itu, mereka tidak hanya pesan satu macam makanan tetapi mengikuti kaidah makanan pembuka dahulu, makanan utama baru kemudian makanan penutup.
Kamis sore di musim winter dengan suhu dingin 15 derajat C, kami mengunjung restoran terkenal yang menyediakan menu lele bakar yaitu Restoran lele bakar Thang Long atau Nha Hang Cha Ca Thang Long yang berada di jalan Duong Thanh no 31, Kota Hanoi. Restoran yang menempati sebuah ruko dengan kapasitas 50 orang, pada waktu kami datang sudah penuh oleh pengunjungnya. Kami harus menunggu beberapa saat. Ini memperlihatkan bahwa menu lele bakar di restoran ini adalah makanan favorit.
Lele bakar ini diserve dalam kuali kecil dengan kompornya yang menyala di atas meja di depan kita. Pertama yang dimasukkan adalah bumbu tumis kemudian pilet ikan patin (ikan patin = cat fish = jenis ikan lele-lelean), diaduk sampe panas kemudian ditambahkan seabreg sayuran daun adas (adas adalah nama sejenis sayuran di Jawa, di supermarket besar, namanya daun dill, harganya Rp 2500/ikat) diaduk pake sumpit sampe matang. Jadi ternyata bukan cat fish grill atau lele bakar tetapi sesungguhnya ini lele tumis. Setelah makanan itu panas, kami dengan mangkuk kecil yang sudah ada mie berasnya, menaruh ‘lele bakar’ itu ke dalam mangkuk dan kemudian ditambahkan sedikit daun bawang, seledri, irisan cabai merah, saus, dan kacang sesuai selera. Ohh betul ‘lele bakar’ ini sungguh lezat hanya saja bagi ukuran rasa di lidah orang Indonesia terasa kurang asin. Itu tak masalah tinggal tambahkan sedikit saus asin lagi. Orang Vietnam banyak makan sayuran. Kalau makan, sayurannya pasti habis. Dan lagi masakan Vietnam selalu berprinsip kepada keseimbangan 'yin dan yang', artinya harus seimbang antara karbohidrat, protein, dan berbagai vitamin mineral yang didapatkan dari sayura. Masakannya juga tidak pake garam tetapi pake minyak ikan untuk mendapatkan rasa asinnya.   Sehingga saya bisa mengatakan bahwa makanan Vietnam itu adalah makanan sehat.

Harganya dihitung per orang yaitu 6 US$ atau 12 ribu Dong (VND). Boleh juga nich buat inspirasi usaha di Jakarta. Dan di Jakarta belum ada menu lele bakar seperti ini.
Restoran lele bakar THANG LONG

Pilet ikan patin yang sudah matang dipanaskan
Tambahkan sayuran daun adas dan tumis















Rabu, 28 November 2012

Kerang Bakar di Kota Hanoi

Di Hanoi, ibu kota Vietnam, seafood kurang populer dibandingkan dengan makanan dari daging ayam, sapi, dan pork, itu terjadi karena letak Hanoi sekitar 150 km dari laut. Tentu makanan yang paling populer di Hanoi seperti halnya di daerah lainnya di Vietnam adalah pho (mie kuah). Mendapatkan pho sangat mudah, baik pada waktu sarapan di hotel kelas apapun, kedai di pinggir jalan atau di restoran besar sekalipun.
Ketika ksmi jalan-jalan di sore hari di sekitaran jalan Ngoc Khanh di distrik Ba Dist-Hanoi, kami tertarik dengan adanya warung-warung yang khusus menjual bakar kerang. Dan terlihat cukup banyak pembelinya. Kami rasa tidak ada salahnya untuk mencobanya, apalagi seafood itu makanan universal, siapapun dapat menyantapnya, berbeda dengan pork. Kerang yang disediakan banyak jenisnya. Ada kerang sempiring, dara, bulu, tanduk, gonggong, dan dari siput air tawar-pun ada seperti; bekicot kecil, tutut, dan siput sawah. Satu sajian yang diluar jenis kerang-kerangan adalah telur puyuh bakar. Namun telur puyuh ini adalah yang sudah menjadi janin di dalamnya. Sama dengan telor bebek di pilifina yang disebut balut.
Kami pesan hanya: kerang tanduk atau bahasa ilmiahnya murex sp (nama sajiannya: Oc gai nuang), kerang dara (sohuyet), dan telur puyuh (trung cut lon xot me). Kemudian pesanan kami dipanggang atau dibakar. Setelah itu disajikan apa adanya, hanya sambal sausnya yang ada 3 macam. Sambal cabe yang tentu pedas, sambal asem yang banyak jeruk limaunya, serta sambal tomat biasa. Tadinya kami belum tahu kalau telur puyuh bakar atau trung cut lon xot me itu didalamnya sudah terbentuk janin, ketika dibuka ternyata sudah lain bentuk dalamnya maka kami urung menyantapnya. Kami tidak tega! Kalau kerang dara atau sohuyet dan kerang tanduk atau oc gai nuang, itu habis kami santap. Rasa daging kerang tanduk agak kenyal-kenyal, persis seperti rasa daging kerang gonggong yang banyak didapat di kota Batam dan sekitarnya.
Memang terasa sangat pas, makan camilan yang pedes-pedes seperti ini di cuaca winter kota Hanoi yang suhunya 15 derajat C. Lebih hangat lagi ketika bon tagihannya keluar. Untuk 3 porsi makanan tadi ditambah 3 gelas jus, kami ditagih 312 ribu VND/Dong atau setara Rp 156 rb. Satu US$ = 21 rb VND. VND atau dong adalah mata uang negara Vietnam. Memang menurut Pak Marbun yang bertugas sebagai economic affair di Kedubes RI di Vietnam: harga makanan di Hanoi adalah 3 kali lipat dengan harga makanan di Jakarta. Wah, kalau begitu, kita hidup di Indonesia lebih beruntung dong karena serba murah walaupun kasihan sama pemerintah kita yang keteteran untuk membayar subsidinya.
Kedai Kerang Bakar di Hanoi
Kerang Tanduk atau oc gai nuang seharga 70 rb VND/porsi
Telur burung puyuh yang sudah berjanin trung cut lon xot me 
Menikmati camilan adalah gaya hidup masyarakat Vietnam

Selasa, 27 November 2012

Pengalaman Perjalanan Dari Jakarta ke Hanoi-Vietnam

Ketika mendadak disuruh ke Hanoi besok siang, ada perasan was-was, apakah tersedia tiket penerbangannya? Ternyata, setelah saya hubungi agen tiket langganan, jawabnya: untuk besok tanggal 27 November 2012 masih tersedia banyak seat dari berbagai maskapai penerbagan. Kata petugas agennya: perjalanan ke Vietnam bukan tujuan favorit masyarakat kita, berbeda dengan ke Singapur, Kuala Lumpur, Bangkok, Hong Kong, dan China. Karena Vietnam bukan tempat berbelanja. Orang kita, kan sukanya belanja.
Tanggal 27 Nov pk 13 tepat Booing 777-200ER milik maskapai Thai air lines, yang membawa kami bertiga segera lepas landas menuju Bangkok. Pesawatnya masih kelihatan baru dan sarung kursinya yang khas Thai yaitu berwarna warni cerah, ada yang merah, kuning, dan ungu, membuat mata jadi segar. Saya dapat tempat duduk di 52D, berada di lorong/isle dan ada di bagian belakang pesawat. Walaupun kelas ekonomi, kursinya lumayan lega dan kaki diberi foot rest sehingga cukup nyaman.
Penumpang tujuan Bangkok lumayan banyak, sekitar 3/4 dari kapasitas penuh pesawat. Sebagian isinya adalah bule-bule yang melanjutkan perjalanan wisata dari Indonesia ke Thailand. Dan sebagian lagi warga Thailand. Orang kita boleh dibilang jarang, padahal penerbangan ini adalah juga ke Bangkok. Mungkin mereka lebih memilih maskapai Garuda.
Pramugarinya cantik-cantik khas Thailand namun pramugaranya jauh dari cakep bahkan bisa dibilang 'culun'.
13.30 setelah selesai proses tinggal landas, kami disuguhi segelas minuman dan sebungkus kecil peanut roasted. Kalau di Garuda yang melayani penerbangan luar negeri, yang pertama diberikan kepada penumpang afalah handuk kecil hangat. Dan memang itu yang dibutuhkan.
Pk 14.05 Ohh ternyata tisu hangat-nya baru dikasih sekarang. Mestinya tadi sebelum kacang dan minuman keluar.
14.15 keluar menu utama makan siang. Pilihan-nya ada dua, ada nasi kari ayam atau pasta daging sapi. Ohh saya maniak nasi, jadi pasti yang dipilih adalah nasi kari ayam. Minumnya cukup teh hangat saja. Padahal wine-pun disediakan disini. Soal rasanya? Kalau makanan internasional mesti kurang bumbu dan kurang rasa. Itu dibuat demi bisa masuk ke bermacam lidah. Tapi lumayan-lah karena pas waktunya dengan jam makan siang.
15.35 Setelah selesai acara makan siang, kini saatnya untuk tidur sejenak melepas penat. Saya pasti mudah tidur asal dikuping saya dibunyikan musik jazz. Saya pilih album The New York Session dari Bill Allred dan benar saja, belum juga lagu Lullaby of Broadway selesai, saya sudah lelap.
16.00 bangun
16.15 Tidak terasa pesawat sudah akan mendarat di bandara Suvarnabhumi Bangkok dan lama perjalanan dari Jakarta sampai Bangkok ditempuh 3 jam. Cukup lama juga.
16.21 Pesawat kami mendarat di Bangkok
Kami segera bergegas jalan dari terminal A ke terminal C yang lumayan jauhnya. Penerbangan kami selanjutnya adalah dari Bangkok ke Hanoi-Vietnam yang menggunakan gate C9 dan jadwalnya 16.55, jadi mesti lari-lari. kami tahunya berangkat dari gate C9 sesudah bertanya berkali-kali kepada petugas yang berbeda. dan ternyata yang bingung bukan kami saja, orang-orang bule juga banyak yang kebingungan. ini salah satu kekurangan dari bandara Suvarnabhumi di Bangkok. kelebihannya gate berapapun masih berada di dalam gedung yang sama. berbeda dengan bandara Soekarno-Hatta, dimana kalau mau pindah maskapai lain dan maskapai itu berada di terminal yang berbeda, kita mesti keluar bandara dan menggunakan bus kecil yang tidak jelas tandanya seta tidak berjadwal. Sesampai di gate C9, kami pindah pesawat yang kini menggunakan Thai Star Alliance, Thai juga tetapi ada embel-embelnya Star Alliance. Ke Hanoi, kami naik pesawat tua jenis Airbus A 330, bungkus kursinya saja, walaupun berwarna warni sama dengan pesawat sebelumnya tetapi yang ini kelihatan sudah lapuk. Penumpangnya, beberapa orang bule yang sudah tua-tua. Mungkin mereka-mereka ini dari Perancis yang mempunyai kenangan dengan Vietnam yang dulunya merupakan jajahan Perancis dari tahun 1883-1954.  Yang membuat saya sedikit suprise adalah banyaknya penumpang perempuan muda asal Vietnam (Utara), mungkin lebih separuh dari jumlah semua penumpang pesawat ini. Saya duga mereka adalah pekerja lintas negara, dimana kita tahu bahwa Thailand itu adalah salah satu negara yang sedang bagus dalam pertumbuhan ekonominya khususnya untuk kawasan Asean. Tidak heran kalau negara Thailand ini banyak dibanjiri investasi dari luar. Dalam industri otomotive saja, hampir dipastikan merk-merk kendaraan apapun, merakit mobilnya untuk pasaran Asia, dilakukan di Thaliland. Merk Honda, Toyota, Ford, VW, Kawasaki dan lainnya yang banyak berseliweran di Jakarta, itu dibuatnya di Thailand. Belum lagi industri pariwisatanya yang maju pesat.
Pk 17.10 kami sudah di dalam pesawat Thai Star Alliance, namun entah kenapa proses boarding lama sekali, dan pk 18.05 pesawat baru lepas landas menuju Hanoi.
Pk 18.10 kami langsung dapat makan malam dalam kotak kardus yang isinya hanya mie goreng yang dingin dan sekerat kue tart. Daripada engga makan, saya hajar saja sampe tuntas, karena memang engga ada pilihan lain. Pada waktu acara makan malam, ada kejadian yang kurang baik. Oma bule waktu disodorin secangkir teh panas oleh pramugari, mungkin karena nampannya kepanjangan jadi kurang stabil, tumpahlah teh tersebut mengguyur paha oma bule yang sudah tua itu. Untungnya, pramugarinya cekatan untuk menanganinya, maka oma bule menerima kejadian itu. apalagi dari kepala penyelianya memberikan sesuatu sebagai ungkapan maaf. Masih pas dengan slogan maskapai ini yaitu: ‘Thai smooth as silk’.
Pk 19.25 Kami mendarat di Hanoi. Atau perjalanan Bangkok – Hanoi ditempuh dalam 1 jam dan 15 menit. Begitu mendarat di hanoi dan pesawat-pun masih berjalan kencang, banyak penumpang lokal yang sudah beranjak dari kursinya sambil berkata-kata dengan suara keras bahkan gaduh kepada teman-temannya. Sampai sampai pramugarinya menghampiri orang-orang tersebut agar duduk kembali. Pengalaman aneh yang sebelumnya tidak pernah kutemui.
Melewati konter imigrasi, kami hanya menyodorkan paspor saja, tidak ada form declare barang bawaan padahal di negara mana-pun biasanya diwajibkan diisi untuk control pihak kepabeanan. Bagi kami sih oke oke saja karena tidak itu artinya kami tidak perlu repot-repot.
kami segera keluar dari bandara Hanoi cukup megah dengan rangka baja seperti halnya terminal 3 bandara Soekarno-Hattayang ' dan diluar sudah banyak taxi menunggu penumpang walaupun penumpangnya tidak seramai bandara Soekarno-Hatta. Taxinya sama dengan di Jakarta yang kebanyakan jenis Vios dari Toyota. Cuma saja di Vietnam ini menganut stir kiri seperti halnya di Amerika.
Seperti itulah pengalaman perjalanan kami dari Jakarta ke Hanoi dengan tiket seharga 312 US$.
Saran dari tulisan ini adalah: kenapa Garuda tidak membuka jalur ke Vietnam? Padahal penumpang pada hari Selasa saja lumayan bagus jumlahnya.

Thai air lines
Warna warni kursi di pesawat Thai
Pramugarinya cantik khas Thailand
Kami berda di bagian belakang pesawat
Kompartemen cukup lega
Sajian utama Jakarta-Bangkok
Bangkok-Hanoi, pesawatnya sudah uzur
Bandara Hanoi